Tugas 4 Softskill: Biaya Modal,Contoh Kasus & Solusi / Penyelesaian

Nama                        : Elin Zanuar Saepudin

NPM                          : 43214496

Kelas                         : 3DA02

Mata kuliah            : Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu  : Wigiyanti

 

A. Pengertian Biaya Modal

Biaya modal merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh perusahaan untuk mendapatkan modal yang digunakan untuk investasi perusahaan. Modal terdiri dari hutang(obligasi), saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan. Perhitungan biaya penggunaan modal sangatlah penting, dengan alasan:

  1. Memaksimalkan nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal) diminimalkan.
  2. Keputusan penganggaran modal (capital budgetting) memerlukan suatu estimasi tentang biaya modal.
  3. Keputusan-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga memerlukan estimasi biaya modal.

Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diperoleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.

 

Biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang dari seluruh komponen modal (Weighted Cost of Capital atau WCOC). Namun tidak semua komponen modal diperhitungkan dalam menentukan WCOC. Hutang dagang(accounts payable) tidak diperhitungkan dalam perhitungan WCOC. Hutang wesel(notes payable) data hutang jangka pendek yang berbunga (Short-term Interest-bearing debt) dimasukkan dalam perhitungan WCOC hanya jika hutang tersebut merupakan bagian dari pembelanjaan tetap perusahaan bukan merupakan pembelanjaan sementara.

Pada umumnya hutang jangka panjang dari modal sendiri merupakan unsur untuk menghitung WCOC. Dengan demikian kita harus menghitung: 1) Biaya Hutang (cost of debt), 2) Biaya laba ditahan (cost of retained earning), 3) Biaya saham Biasa Baru (cost of new common stock), dan 4) Biaya Saham Preferen (cost of preferred stock). Biaya modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak (after tax basis) karena arus kas setelah pajak adalah yang paling relefan untuk keputusan investasi.

 

Biaya modal umumnya dihitung atas dasar sesudah pajak (after Tax). Biaya modal rata-rata (average cost of capital) digunakan sebagai ukuran untuk menentukan suatu usulan investasi diterima atau ditolak, dengan membandingkan cost of capital dengan rate of capital atas usul investasi.

 

B. Cost of Retained Earning

Biaya modal yg terjadi jika laba ditahan (LD) digunakan untuk reinvestasi di perusahaan ybs, biaya tsb sebesar tingkat keuntungan investasi (rate of return) yang diisyaratkan diterima oleh para investor.

Jika  ”LD”  diinvestasikan pada perusahaan lain akan memproleh keuntungan yang besarnya sama dengan keuntungan jika perusahaan reinvestasi sendiri ”LD” tersebut.

  • Biaya modal dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana (biaya modal individual).
    Namun, jika perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang dari seluruh modal yang digunakan.
  • Biaya modal rata-rata tertimbang ini disebut dengan  ”weight average cost of capital” (WACC).
  • Konsep biaya modal erat kaitannya dengan konsep tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) yg dapat dilihat dari 2 sisi yaitu investor & perusahaan.
  • Tinggi rendahnya required rate
  • Sisi investor, of return merupakan tingkat keuntungan (rate of return) yg mencerminkan tingkat risiko dari aktiva yang dimiliki.
  • Sisi perusahaan yg menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut.

C. Fungsi Biaya Modal

  1. Terkait dengan pajak yg dikenakan pd perusahaan.

Biaya modal yang dikenakan pada modal pinjaman berbeda dg biaya modal dari modal sendiri.

Konsep perhitungan biaya modal didasarkan pada perhitungan :

a. Sebelum pajak (before tax basis)

Perlu disesuaikan dulu dg pajak sebelum dilakukan peritungan biaya modal rata-ratanya seperti bligasi.

b. Setelah pajak (after tax basis).

c. Sebagai Discount Rate

Untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi yaitu dengan membandingkan tingkat keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tsb dengan biaya modalnya.  Biaya modal di sini adalah biaya modal yang menyeluruh (overall cost of capital). Misalnya jika kita menggunakan metode Net Present Value atau Profitability Index untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan investai, maka biaya modal berfungsi sbg “discount rate” yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari proceeds dan pengeluaran investasi.

D. Jenis Biaya Modal

Biaya Modal Individual

1) Biaya Modal Hutang Jangka Pendek

Hutang jangka pendek (hutang lancar) mirip hutang yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari 1 tahun, yang terdiri dari hutang perniagaan (trade account payable), hutang wesel & kredit jangka pendek dari bank.

2) Biaya Modal Hutang Jangka Panjang

Pada dasarnya biaya penggunaan hutang jangka panjang (cost of debt) yang biasanya berasal dari obligasi (cost of bond).

3) Biaya Modal Saham Preferen (cost of preferred stock atau kp)

  • adalah biaya riil yang harus dibayar jika perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen.
  • kp diperhitungkan sebesar tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) oleh investor pemegang saham preferen.
  • Artinya tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor merupakan biaya yang harus ditanggung emiten.
  • Biaya modal saham preferen mempunyai sifat campuran antara hutang dan saham biasa.
    –   Mempunyai sifat hutang, karena saham preferen mengandung kewajiban tetap untuk memberikan pembayaran dividen secara periodik.

–  Memiliki sifat seperti saham biasa karena saham preferen mirip bukti kepemilikan perusahaan yang mengeluarkan saham preferen tersebut.

  • Demikian pula ketika perusahaan terpaksa dilikuidasi, maka perusahaan pemegang saham preferen mempunyai hak sebelum pemegang saham biasa.
  • Pembayaran dividen saham preferen dilakukan setelah pendapatan dikurangi pajak, sehingga biaya modal saham preferen tidak perlu lagi disesuaikan atau dikurangi dengan pajak.

4) Biaya Modal Saham Biasa dan Laba Ditahan atau Biaya Modal Sendiri (equitas atau ke)

  • merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang memperoleh dana dengan menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi.
  • Peruasahaan dapat membagikan laba setelah pajak yang diperoleh sebagai dividen atau menahannya dalam bentuk laba ditahan. Laba ditahan yang digunakan untuk investasi kembali tersebut perlu diperhitungkan biaya modalnya.

Untuk menghitung biaya ekuitas (ke) digunakan dua model pendekatan yaitu : 

  1. Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model)

Menjelaskan biaya ekuitas (ke) mirip tingkat diskonto yang menyeimbangkan nilai sekarang dari keseluruhan dividen per lembar saham yang diharapkan di masa akan datang, sehingga biaya modal mirip faktor diskonto dari dividen yang ada.

Rumus (jika tidak ada pertumbuhan dividen)

                         D1               D2                        Dµ

Po =   ——–  +  ——–  + …… + ——-

(1+ke)1      (1+ke)2              (1+ke)µ

               

  µ                   Dt

Po =  å         —————

t=1      ( 1 + ke )1

  • Jika dividen diharapkan mengalami pertumbuhan (growht) sebesar g per tahun, maka biaya ekuitas :

                   µ    Do (1 + g)t

Po  =  å     —————

t=1      ( 1 + ke )t

  • Apabila diasumsikan bahwa biaya ekuitas (ke) lebih besar daripada tingkat pertumbuhan dividennya, maka rumusnya menjadi :

D1

Po  =   ———-

ke – g

  • di mana D1 = Do (1+g), sehingga rumus biaya ekuitasnya adalah :

D1

ke  =   ———-  + g

Po

Dimana :

Po        =   Harga pasar saham biasa                     pada saat ini

Dt        =   Dividen yang diterima untuk              periode t

ke        =   Tingkat keuntungan yang                               disyaratkan investor

g          =   growth (pertumbuhan)

 

Do merupakan dividen yang diterima pada waktu t = 0  

  1. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model)
    Model CAPM mrp model penetapan biaya modal dg menganalisis tingkat return saham i atau Ri yang ARm) yang terjadi. Besarnya tingkat rerturn saham yang diharapkan oleh investor ini merupakan biaya modal yang harus dikeluarkan oleh emiten.

Model CAPM ini dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

  1. besarnya beta bunga bebas risiko (risk free rate, Rf),
  2. risiko sistematis yg ditunjukkan oleh koefisien beta (b)
  3. premium risiko pasar yang ditunjukkan oleh selisih antara return pasar dengan return saham (Rm – Ri).

Rumus model CAPM adalah :

   Ri = Rf + (Rm – Ri) bI

di mana :

Ri        =  Tingkat return saham yang diharapkan

Rf        =  Tingkat return bebas risiko

Rm      =  Return portofolio pasar yang diharapkan

bi          =  Koefisien beta saham i

  • Dalam rumus di atas terlihat bahwa besarnya return saham i yang diharapkan (Ri) dipengaruhi antara lain oleh return pasarnya (Rm).
  • Besarnya pengaruh return pasar terhadap return saham individual i tergantung pada besarnya koefisien beta saham i (bi).
  •       Beta merupakan koefisien yang menunjukkan sensitivitas tingkat keuntungan sekuritas (saham) terhadap perubahan pasar.
  •   Apabila Beta =1,00 artinya suatu saham memiliki standar deviasi atau risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar.
  • Portofolio (penganekaragaman) investasi terdiri atas saham2 dg beta = 1 memiliki standar deviasi yg sama dg indeks pasar.
  • Artinya, jika risiko protofolio saham = 1, maka sama dengan risiko pasar yang ada.
  •    Sedangkan saham atau sekuritas dengan koefisien beta = 0,5 berarti sekuritas itu akan berubah sebesar setengah dari risiko pasar sehingga harga pasar sekuritas akan cenderung bergerak setengah kali perubahan pasar.
  • Sekuritas dengan koefisien beta lebih besar dari 1 (satu) akan memberikan tingkat keuntungan lebih besar dari rata2 pasar bila kondisi pasar membaik
  • Jika kondisi pasar lemah akan memberikan tingkat keuntungan lebih rendah dari rata-rata pasar.
  •   Koefisien beta sekuritas yang mengukur perubahan pasar terhadap sebuah sekuritas dapat dicari dengan meregresikan tingkat keuntungan sekuritas dengan tingkat keuntungan portofolio pasar.
  1. Biaya Modal Keseluruhan
  • Biaya modal keseluruhan adalah biaya modal yg memperhitungkan seluruh biaya atas modal yang digunakan oleh perusahaan.
  • Konsep biaya modal  perusahaan secara keseluruhan (overall cost of capital) bermanfaat dalam penilaian usulan investasi jangka panjang.
  • Misalnya, dalam menentukan proyek investasi yang  harus diambil dapat ditentukan dg membandingkan besarnya biaya modal yang harus dikeluarkan (cost of capital) dengan tidak keuntungan yang diperoleh dimasa datang.
  • Untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruhan perlu dihitung biaya modal rata-rata tertimbangnya (weighted average cost of capital atau WACC).
  • Sebagai unsur penimbangnya adalah proporsi dana bagi setiap jenis atau sumber modal yang digunakan dalam investasi  proyek tersebut.

Faktor yang mempengaruhi WACC

  1. Kondisi pasar.
  2. Struktur Modal perusahaan dan dividend policy
  3. Kebijakan Investasi. Perusahaan dengan proyek yang lebih berisiko umumnya memiliki WACC yang lebih tinggi.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Modal
Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan Perusahaan
a. Tingkat Suku Bunga
Jika suku bunga dalam perkonomian meningkat, maka biaya utang juga akan meningkat karena perusahaan harus membayar pemegang obligasi dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh modal utang.
b. Tarif Pajak
Tarif Pajak digunakan dalam perhitungan biaya utang yang digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya modal.
Faktor yang Dapat Dikendalikan Perusahaan
a. Kebijakan Struktur Modal
Perhitungan WACC didasarkan pada tarif bunga setiap kompo-nen modal dengan komposisi struktur modalnya. Sehingga jika struktur modalnya berubah, maka biaya modalnya akan ber-ubah.
b. Kebijakan Dividen
Penurunan ratio pembayaran dividend mungkin dapat menye-babkan biaya modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.
c. Kebijakan Investasi
Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang  berisiko. Besar kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi biaya modal.

F. Pentingnya Biaya Modal

Kebutuhan dana investasi suatu perusahaan dapat dipenuhi dari hasil operasional perusahaan , modal sendiri ( dana dari pemilik) atau melalui penarikan pinjaman dari pihak lain /hutang.  Dalam suatu investasi, biaya yang timbul akibat penarikan pinjaman merupakan biaya modal dan perlu diperhitungkan dalam keputusan investasi.

Biaya Modal  ( Cost Of Capital)  merupakan semua biaya yang secara riil dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana.

Biaya Modal =             Biaya Riil X 100%
Penerimaan Kas Bersih

Contoh:  Perusahaan  menarik pinjaman dari bank sebesar Rp.10.000.000,-  dengan tingkat bunga 20%/th; Biaya Provisi Rp.200.000,-; Biaya aktaRp.50.000,- dan Roya Rp.25.000,-. Maka,  seluruh biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.2.275.000,- sedangkan Penerimaan Bersih sebesar Rp. 7.725.000,- atau ( 10.000.000- 2.275.000).

Sehingga biaya modal dapat dihitung sebagai berikut:

Biaya Modal = 2.275.000 X 100% = 29,45%
7.725.000

Biaya modal yang diperhitungkan dari penarikan kredit tersebut tidak hanya sebesar tingkat bunga sebesar 20%  saja, tetapi sebesar 29,45%.

 

Contoh Kasus dan Solusi / Penyelesaian

PT Marcel  membutuhkan modal yang akan digunakan dalam pendanaan investasinya sebesar Rp. 2.000.000.000,- yang terdiri atas beberapa sumber dana. Berikut ini jumlah dari masing-masing sumber pendanaan tersebut:

1.Hutang Obligasi:

Jumlah pendanaan sebesar Rp. 500.000.000,-, dengan nilai nominal Rp. 500.000 per lembar. Bunga yang ditawarkan sebesar 20% per tahun dan jangka waktu obligasi 5 tahun. Harga jual obligasi Rp. 462.500,- per lembar dan tingkat pajak 30%.

2. Saham Preferen:

Besarnya pendanaan saham preferen adalah Rp. 400.000.000,-. Harga jual saham preferen sebesar Rp. 31.250,- setiap lembar dengan dividen sebesar Rp. 4.500,- per lembar.

3. Saham Biasa:

Jumlah pendanaan dari modal saham biasa sebesar Rp. 1.100.000.000,-. Harga jual saham     Rp. 22.500,- dengan dividen sebesar Rp. 3.125,- setiap lembar dengan pertumbuhan 5%.

Dari informasi di atas hitunglah:

A. Biaya modal secara individual

B. Biaya modal keseluruhan


Solusi / Penyelesaian :

A. Biaya modal secara individual:

1) Biaya modal hutang obligasi

I    = Rp. 500.000 x 20%

= Rp. 100.000,-

sehingga:

kd = I+(N-Nb)/n

(Nb+N)/2

kd     = biaya modal hutang obligasi

I       = Bunga hutang jangka panjang (obligasi) satu tahun dalam rupiah

N      = Harga nominal obligasi atau nilai obligasi pada akhir umurnya

Nb    = Nilai bersih penjualan obligasi

n       = Umur obligasi

jadi

kd =100.000 + (500.000 – 462.500)/5

(462.500 + 500.000)/2

kd =  107.500 ® kd = 22,34%

481.250

Selanjutnya ka disesuaikan dengan tingkat pajak sehingga :

ki = kd (1 – t)

kihy = 22,34% (1 – 0,30)

ki = 22,34% (0,70) =15,64%

2) Biaya modal saham preferen

kp = Dp / PO

kp      = Biaya saham preferen

Dp      = Dividen saham preferen

PO     = Harga saham preferen saat penjualan

kp = 4.500 / 31.250

 

kp = 0.144 =14,40%

3) Biaya modal saham biasa 

ke = (Dl / PO) + g

ke    = biaya modal saham biasa

Di    = dividen

P0    = harga penjualan saham saat ini

g      = Grow/ pertumbuhan

ke = (3.125 / 22.500) + 5%

ke = 0,1389 + 0,05% = 0,1889% = 18,89%

 

  1. Biaya modal keseluruhan (weighted average cost of capital, WACC)

Biaya modal keseluruhan dengan menghitung besarnya WACC, sebagai berikut:

5 ok

Jadi biaya modal keseluruhan atau biaya modal rata-ratanya adalah 17,18%

 

SUMBER :

http://gigokah.blogspot.co.id/2013/11/biaya-modal-perusahaan.html

http://herry.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/7098/BIAYA+MODAL+%28COC%29.doc.

https://infomanajerna.blogspot.co.id/2012/12/biaya-modal-1.html

http://qzhan-zone.blogspot.co.id/2014/09/contoh-soal-dan-jawaban-biaya-modal.html

 

 

Latihan 4 Softskill: Keputusan Investasi dan Struktur Modal

Nama                        : Elin Zanuar Saepudin

NPM                          : 43214496

Kelas                         : 3DA02

Mata kuliah            : Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu  : Wigiyanti

 

KEPUTUSAN INVESTASI

A. Pengertian Investasi

Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Investasi dilihat dari jenis aktivanya, dibedakan ke dalam investasi pada aktiva riil dan investasi pada aktiva non-riil (aktiva finansial). Investasi pada aktiva riil misalnya investasi dalam tanah, gedung, mesin dan peralatan-peralatan. Investasi pada aktiva finansial misalnya investasi ke dalam surat-surat berharga.

Pembahasan pada materi ini akan difokuskan pada investasi aktiva riil dan berjangka panjang. Investasi dilihat dari jangka waktunya, dibedakan menjadi 3 macam yaitu investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang. Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang diambil harus dipertimbangkan dengan baik karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan investasi sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan, karena keputusan investasi menyangkut dana yang digunakan untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan, pengembalian investasi dan risiko investasi yang mungkin timbul.

Perencanaan terhadap keputusan investasi sangat penting karena beberapa alasan sebagai berikut:
a. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi, relatif sangat besar dan tidak dapat diperoleh kembali dalam jangka pendek.
b. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga untuk bisa memper-oleh kembali dana yang telah diinvestasikan memerlukan jangka waktu yang lama.
c. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa yang akan datang. Keputusan investasi ini diharapkan memperoleh penerimaan yang dihasilkan dari investasi tersebut yang dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkannya.
d. Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam pengambilan keputus-an akan mempunyai akibat yang panjang dan berat serta tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.

B. Pengertian Keputusan Investasi
Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula.

Keputusan investasi sering disebut sebagai capital budgeting yakni keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun. Perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal : (Sutrisno, 2007: 121-122)

a. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar, dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus;

b. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka cukup lama untuk memperoleh dana tersebut;

c. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan terjadinya over atau under investment, yang akhirnya akan merugikan perusahaan;

d. Keputusan investasi jangka berjangka panjang, sehingga kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.

C. Metode dalam Pengambilan Keputusan Investasi
Pengambilan keputusan proyek investasi terutama didasarkan pada pertimbangan ekonomis. Secara ekonomis apakah suatu investasi layak atau tidak dilaksanakan dapat dihitung dengan beberapa metode penilaian atau kriteria proyek investasi, yaitu:
1. Metode Accounting Rate of Return (ARR)
Metode Accounting Rate of Return (ARR) mengukur besarnya tingkat keuntungan dari investasi yang digunakan untuk memperoleh keuntungan tersebut. Keuntungan yang diperhitungkan adalah keuntungan bersih setelah pajak (Earning After Tax atau EAT), sedangkan investasi yang diperhitungkan adalah rata-rata investasi yang diperoleh dari investasi awal (jika ada) ditambah investasi akhir dibagi dua. Hasil dari ARR ini merupakan angka relatif (persentase).

Dalam menghitung rata-rata EAT dengan cara menjumlahkan EAT selama umur investasi lalu dibagi dengan umur investasi. Dalam menghitung rata-rata investasi yaitu investasi ditambah nilai sisa atau residu dibagi dua (2). Setelah ARR dihitung kemudian dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika angka ARR lebih besar (>) dari tingkat keuntungan yang disyaratkan berarti investasi layak dilakukan atau menguntungkan, sebaliknya jika angka ARR lebih kecil (<) dari tingkat keuntungan yang disyaratkan berarti investasi tidak layak dilakukan.

Contoh 1.
Investasi aktiva riil atau proyek A membutuhkan dana Rp. 280.000.000,-. umur ekonomisnya 3 tahun dengan nilai sisa Rp. 40.000.000,-. Laba setelah pajak (EAT) selama 3 tahun berturut-turut adalah: tahun ke 1 = Rp. 40.000.000,-, tahun ke 2 = Rp. 50.000.000,-, dan tahun ke 3 = Rp. 30.000.000,-. Dari informasi tersebut maka dapat dihitung besarnya Accounting Rate of Return sebagai berikut:

new

Jika tingkat keuntungan yang disyaratkan atau yang diharapkan sebesar 20 %, maka ARR = 25 % lebih besar (>) dari 20 % berarti investasi layak dilaksanakan atau menguntungkan. Jika ARR lebih kecil (<) dari keuntungan yang disyaratkan, maka investasi tidak layak dilaksanakan.
Penggunaan metode ARR ini sangat sederhana, sehingga mudah untuk pengambilan keputusan. Apabila besarnya ARR lebih besar daripada biaya investasi yang digunakan (biaya modal) maka investasi tersebut layak untuk dilaksanakan, dan sebaliknya. Metode ARR ini banyak kelemahan-nya, yaitu: 1. Mengabaikan nilai waktu dari uang, 2. Hanya menitikberatkan pada masalah akuntansi, sehingga kurang memperhatikan data aliran kas dari investasi, 3. Merupakan pendekatan jangka pendek dengan menggunakan angka rata-rata yang dapat menyesatkan. 4. Kurang memperhatikan lamanya investasi atau panjangnya jangka waktu investasi.

2. Metode Payback Period (PBP)
Payback Period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran suatu investasi dengan menggunakan aliran kas masuk neto (proceeds) yang diperoleh atau yang diterima. Payback Period untuk mengukur lamanya dana investasi yang ditanamkan kembali seperti semula. Untuk mengetahui kelayakan suatu investasi dengan metode ini yaitu membandingkan masa payback period dengan target lamanya kembalian investasi. Jika payback period lebih kecil (<) dibanding dengan target kembalinya investasi berarti investasi layak dilakukan, sedangkan jika lebih besar (>) berarti investasi tidak layak. Metode ini juga cukup sederhana seperti metode ARR. Formula untuk mencari Payback Period adalah sebagai berikut:

2 ok

3. Metode Net Present Value (NPV)
Metode penilaian investasi ARR dan PBP memiliki kelemahan yang hampir sama, antara lain tidak memperhatikan nilai waktu dari uang, pada hal uang memiliki nilai yang berbeda apabila waktu memperolehnya berbeda. Cash flow yang digunakan untuk menutup investasi tsb, diterima di masa yang akan datang, sedangkan dana untuk investasi dikeluarkan pada saat sekarang. Oleh karena itu perlu metode yang memperhatikan konsep time value of money. Salah satu metode untuk menilai investasi yang memperhatikan time value of money adalah net present value.

NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari Cash flow dengan nilai sekarang dari investasi. Untuk menghitung NPV, pertama menghitung present value (PV) dari penerimaan atau cash flow dengan tingkat discount rate tertentu, kemudian dibandingkan dengan present value (PV) dari investasi. Jika selisih antara PV dari cash flow lebih besar (>) PV dari investasi atau terdapat NPV positif berarti investasi layak dilaksanakan, sebaliknya jika PV dari cash flow lebih kecil (<) PV dari investasi atau terdapat NPV negatif berarti investasi tidak layak dilaksanakan. Hal ini karena adanya faktor diskonto yang berupa bunga dan biaya modal lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, maka metode NPV akan mengakomodasikan tentang nilai waktu uang dalam suatu investasi. Metode NPV merupakan metode untuk mencari selisih nilai sekarang dari aliran kas neto (proceeds) dengan nilai sekarang dari investasi (outlays).

3 ok

Keterangan :
I 0 = Nilai investasi atau Outlays
A t = Aliran kas neto pada periode t
r = Discount rate
t = Jangka waktu proyek investasi (umur proyek investasi)

4. Metode Profitability Index (PI)
Metode Profitability Index atau Benefit Cost Ratio merupakan metode yang memiliki hasil keputusan sama dengan metode NPV, berarti apabila suatu investasi diterima dengan mengguna-kan metode NPV maka akan diterima pula jika dihitung menggunakan metode Profitability Index . Metode PI menghitung perbandingan antara PV dari penerimaan atau cash flow atau proceeds dengan PV dari investasi. Jika PI lebih besar (>) dari 1, maka investasi layak untuk dilaksanakan. Metode PI lebih sering untuk menyusun urutan (rangking) beberapa alternatif investasi, yang tentu saja di pilih pertama yang PI -nya paling besar. Formula metode PI adalah:

4 ok

5. Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode penilaian investasi untuk mencari tingkat bunga (discount rate) yang dapat menyamakan antara present value atau nilai sekarang dari aliran kas neto (Present Value of Proceeds) dengan present value dari investasi (Initial Outlays). Jika pada metode NPV mencari nilai sekarang bersih dengan tingkat discount rate tertentu. IRR adalah tingkat discount rate yang dapat menyamakan PV of cash flow dengan PV of investment. Pada saat IRR tercapai, maka besarnya NPV sama dengan nol, oleh karena itu, untuk menghitung IRR diperlukan data NPV dari kutub (daerah) positif dan kutub negatif kemudian dilakukan interpolasi (pencarian nilai selisih) sehingga diperoleh NPV sama dengan nol. Penggunaan metode IRR ini memiliki konsep yang identik atau sama dengan penentuan besarnya bunga yang dihasilkan obligasi hingga jatuh temponya (yield to maturity) sebagaimana dapat dipelajari pada bab penilaian surat berharga.

Pengambilan keputusan diterima atau ditolaknya suatu usulan investasi dengan menggunakan metode IRR ini akan selaras dengan metode NPV, walaupun kadang-kadang terjadi pertentangan antara keputusan investasi menggunakan metode NPV dan IRR ini. Penilaian investasi menggunakan metode IRR ini lebih sulit dibanding metode NPV karena menggunakan cara coba-coba (trial and error) ketika akan menentukan besarnya discount rate investasi. Kesulitan ini dapat diatasi jika dalam perhitungannya digunakan kalkulator atau komputer. Jika menggunakan IRR, maka investasi akan diterima apabila besarnya IRR lebih besar daripada tingkat bunga yang digunakan sebagai biaya modal, dan sebaliknya ditolak apabila IRR lebih kecil daripada biaya modal yang digunakan.

 

STRUKTUR MODAL

A. Pengertian Struktur Modal
Berikut pengertian stuktur modal menurut para ahli :

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.

Menurut Frank J Fabozzi and Pamela Peterson (2000), capital structure is the combination of debt and equity used to finance a firm’s projects. The capital structure of a firm is some mix of debt, internally generated equity, and new equity.

Menurut Keown et.al (2000), struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.

Menurut Farah Margaretha (2004), struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri.

Menurut Robert C Higgins (2004), capital structure is the composition of the liabilities side of a company’s balance sheet, the mix of funding sources a company uses to finance its operations.

Menurut Handono Mardiyanto (2009), struktur modal didefinisikan sebagai komposisi dan proposi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan.

Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010), struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

Menurut Husnan Suad (2004) struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri.

Menurut Sabar Warsini (2003) struktur modal merupakan sumber pendanaan jangka panjang terdiri dari obligasi dan saham.

Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham (Birgham dan Gapensi : 1996) dalam penelitian Tinjung Desy Nursanti (2004).

Menurut Bambang Riyanto (2001) dalam penelitian Hasa Nurrohim (2008), struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

Struktur modal menunjukkan proposi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya.

Jadi, berdasarkan beberapa referensi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal, dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek. Sedangkan pengertian struktur keuangan menurut Farah Margaretha (2004) menggambarkan susunan keseluruhan sisi kredit neraca yang terdiri atas utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal sendiri.

Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan) sementara itu utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas. Karena alasan itu pulalah biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang (Handono Mardiyanto, 2009).

Kebutuhan dana yang berasal dari dalam atau sering disebut modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri seperti cadangan laba yang berasal dari pemilik seperti modal saham. Modal inilah yang menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan dijadikan jaminan bagi kreditor. Sedangkan dana yang berasal dari luar adalah modal yang berasal dari kreditur (panyandang dana), modal inilah yang merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan (Bambang Riyanto, 1980).

Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital structure management adalah menggabungkan sumber – sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai operasi. Dengan kata lain, tujuan ini dapat dilihat sebagai pencarian gabungan dana yang akan meminimumkan biaya modal dan dapat memaksimalkan harga saham. Struktur modal yang demikian, dapat kita sebut sebagai struktur modal yang optimal (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010).

Konsep penting manajemen modal adalah masalah sumber dana dan penggunaan dana. Dana dapat dipenuhi dari sumber intern ataupun sumber ekstern perusahaan. Dana tersebut dialokasikan untuk membelanjai aktiva perusahaan. Pada hakekatnya, pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan keseimbangan finansial antara aktiva dengan pasiva tersebut dengan sebaik – baiknya. Keseimbangan finansial dapai dicapai, apabila perusahaan tersebut selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan – gangguan finansial yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan modal yang dibutuhkan.

Menurut Bambang Riyanto (2001) di dalam penelitian Elyana Noor Andriyanti (2007) ada dua pedoman structure financial yaitu pedoman structure financial vertical dan pedoman structure financial horizontal. Pedoman structure financial vertical memberikan batas rasio yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal pinjaman atau hutang dengan besarnya jumlah modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang sehat itu awalnya harus dibangun atas dasar modal sendiri, maka pedoman structure financial tersebut menetapkan bahwa besarnya jumlah modal pinjaman atau hutang dalam suatu perusahaan dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya jumlah modal sendiri. Dengan demikian angka perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah modal sendiri tidak boleh lebih dari 100%. Adapun structure financial horizontal memberikan batas rasio antara besarnya jumlah modal sendiri dengan besarnya jumlah aktiva tetap ditambah persediaan bersih. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa dana yang terkait dalam aktiva tetap ditambah persediaan bersih akan tetap tertanam di dalam perusahaan, sehingga sifat kebutuhan dananya adalah permanen. Sumber dana yang permanen atau sumber dana yang akan tetap tertanam dalam perusahaan adalah modal sendiri.

B. Teori Struktur Modal

1. Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

2. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Dalam teori ini berpendapat bahwa Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan. Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak.

3. Teori Pecking Order
Teori Pecking Order menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana. Skenario urutan dalam Teori Pecking Order adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
b. Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.
c. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
d. Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkansurat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.

4. Financial Distress Dan Agency Costs
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka akan timbul biaya kebangkrutan yang disebabkan oleh: keterpaksaan menjual aktiva dibawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual, dan sebagainya.

Agency costs atau biaya keagenan adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan. Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor.

5. Model trade off
Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001:81), “Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”.Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan utang.

6. Teori informasi tidak simetris
Awal dekade 1950-an, Gordon Donaldson dari Harvard University mengajukan teori tentang informasi asimetris. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor di pasar modal.
Terlepas dari pendekatan mana yang akan diambil untuk menentukan struktur modal yang optimal, para manajer keuangan perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting sebagai berikut (Dr. Dermawan Sjahrial, M.M.,2008:204-205):
1. Tingkat penjualan, perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
2. Struktur aktiva, perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral hutang perusahaan.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
4. Kemampuan menghasilkan laba periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal.
5. Variabilitas laba dan perlindungan pajak, perusahaan dengan variabilitas laba yang kecil akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap yang berasal dari hutang.
6. Skala perusahaan, perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil.
7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro, perusahaan perlu melihat saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi.

Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2000:240) struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan modal keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan.

C. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
1. Struktur Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap , akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanent yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan

2. Growth Opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Teori Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.

3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.

4. Profitabilitas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan dengan profitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitalitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi investasi menggunakan utang yang relative kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.

5. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negative terhadap leverage perusahaan.
Komponen struktur modal dapat dilihat di sisi kanan laporan neraca perusahaan, dimana yang merupakan pembiayaan pembelanjaan permanen bagi perusahaan adalah hutang jangka panjang, sahampreferen dan modal biasa. Berbagai teori struktur modal telah dikembangkan para pakar untuk menentukan struktur modal yang optimal dengan menganalisis komposisi dari hutang dan modal.

Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber-sumber dana permanen yang digunakan perusahaan untuk operasionalnya yang akan memaksimumkan nilai perusahaan itu sendiri. Pencarian struktur modal yang optimal merupakan pekerjaan yang sangat sulit, karena adanya konflik yang mengarah kepada biaya agensi. Konflik lama terjadi antara pemegang saham dan pemegang obligasi dalam penetapan struktur modal optimal suatu perusahaan. Maka untuk mengurangi kemungkinan manajemen menanggung resiko berlebihan atas nama pemegang saham, perlu memasukkan beberapa batasan protektif.

 

Sumber :
http://arissusetyo.blogspot.co.id/2012/12/keputusan-investasi.html
http://blog.ub.ac.id/imamrochsidi/files/2013/04/10.ANALISIS-KEPUTUSAN-INVESTASI.doc.
http://ekonomi.kabo.biz/2011/02/pengertian-struktur-modal.html
http://lybar-accounting.blogspot.co.id/2015/05/modal-struktur-modal-dan-jenis-modal.html

Latihan 3 Softskill : Break Even Point & Contoh Kasus

Nama                        : Elin Zanuar Saepudin

NPM                          : 43214496

Kelas                         : 3DA02

Mata kuliah            : Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu  : Wigiyanti

 

BREAK EVEN POINT DAN CONTOH KASUS

A. PENGERTIAN ANALISIS BREAK EVEN POINT

Analisis BEP mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa BEP dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen jika diterapkan pada taksiran periode yang akan datang. Penggunaan budget ini akan lebih bermanfaat bagi manajemen apabila disertai dengan teknik-teknik perencanaan atau analisa seperti analisa BEP karena untuk mengetahui besarnya BEP perlu diadakan analisa terhadap hubungan antara biaya, volume, harga jual dan laba.

BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (Penghasilan = Total Biaya). Tetapi analisa BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang BEP saja, akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

B. PENENTUAN TINGKAT BEP

Untuk dapat menentukan tingkat BEP, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Dalam  memisahkannya bukanlah hal yang mudah, jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa BEP perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan metode tertentu.

Tingkat BEP ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan matematis dan pendekatan grafis. Secara matematis, tingkat BEP dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Secara grafis, untuk menggambarkan tingkat volume dan labanya diperlukan grafik atau bagan BEP. Untuk menentukan jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar perusahaan mencapai BEP ditentukan dengan rumus sebagai berikut :BEP (dalam satuan) = Biaya tetap dibagi margin per satuan barang

Marginal income ratio adalah ratio antara marginal income dengan hasil penjualannya, sedangkan marginal income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel. Untuk menentukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai BEP, dapat pula ditentukan dengan membagi hasil penjualan pada tingkat BEP dengan harga jual per satuan barang tersebut.

C. KOMPONEN PENGHITUNGAN DASAR BREAK EVEN POINT

Break Even Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini:

  1. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.
  2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll.
  3. Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.

 

Rumus Break Even Point

Rumus yang digunakan untuk analisis Break Even Point ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:

  1. Dasar Unit
    Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas: BEP = FC /(P-VC)
  2. Dasar Penjualan
    Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: FC/ (1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit   

 

Simulasi Menghitung BEP

Agar bisa memahaminya, mari kita praktikkan langsung rumus ini dengan simulasi:
Total Biaya Tetap (FC) senilai Rp 100 juta
Total Biaya Variabel (VC) per unit senilai Rp 60 ribu
Harga jual barang per unit senilai Rp 80 ribu

Penghitungan BEP Unit
BEP = FC/ (P – VC)
BEP = 100.000.000/ (80.000 – 60.000)
BEP = 5000

Penghitungan BEP Rupiah
BEP = FC/ (1 – (VC/P))
BEP = 100.000.000/ (1 – (60.000/80.000))
BEP = Rp 400.000.000

Dari analisis inilah perusahaan dapat meramalkan keuntungan yang dapat diperoleh (target laba) berdasarkan berapa penjualan minimumnya. Adapun rumus untuk menghitung target ini sebagai berikut:

BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)

Mari kita pelajari simulasi untuk menghitung target laba ini. Dengan FC, VC, dan P yang sama dengan contoh sebelumnya, perusahaan ini menargetkan laba sebesar Rp 80 juta per bulan.

BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
BEP – Laba = (100.000.000 + 80.000.000) / (80.000 – 60.000)
BEP – Laba = 180.000.000 / 20.000
BEP – Laba = 9.000 unit atau
BEP – Laba = Rp 720 juta (didapat dari: 9000 unit x Rp 80.000)

D. MEMBUKTIKAN LABA YANG DIPEROLEH

Untuk membuktikan bahwa dengan menjual 9.000 unit bernilai Rp 720.000.000, perusahaan akan mendapatkan laba Rp 80 juta, mari kita periksa berikut ini:

Penjualan Rp 720.000.000
FC Rp 100.000.000
Total VC (Rp 60.000 x 9000 unit) Rp 540.000.000
Total Biaya Rp 640.000.000
Laba Rp 80.000.000 (Dihitung dengan cara: Penjualan – (FC + Total VC))
Dalam berbisnis, tentunya analisis break even point sangat membantu pelaku bisnis untuk memproyeksikan seberapa banyak barang yang harus diproduksi dan perbandingannya dengan uang/ pendapatan yang diterima. BEP ini menjadi komponen terpenting yang wajib ada di dalam suatu software akuntansi dan manajemen bisnis.
Asumsi – asumsi dalam mengadakan BEP :

  1. Harga jual produk harus tetap
  2. Tidak menggunakan lebih dari satu jenis produk, apabila menggunakan lebih dari satu jenis produk maka menggunakan perhitungan analisa BEP tersendiri
  3. Produksi haruslah konstan
  4. Semua biaya besaran produksi dapat diukur secara realistik

 

E. KEGUNAAN BREAK EVEN POINT 
BEP sangat berguna bagi perusahaan untuk menentukan besaran jumlah produksi yang akan dihasilkan dan nilai harga jual barang tersebut. Dengan menerapkan analisa BEP, perusahaan dapat melihat laba, kerugian, harga jual, produksi, keuntungan, dan lain sebagainya yang telah dapat diprediksi sebelumnya, sehingga mempermudah bagi pemimpin perusahaan untuk menentukan kebijaksanaan. Selain itu, kegunaan lain dari BEP adalah sebagai berikut:

  1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
  2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan
  3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
  4. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Menurut Rony (1990, p. 357) analisis BEP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:

  1. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
  2. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional.
  3. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan peralatan yang canggih.

Matz, Usry dan Hammer (1991, p. 224) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa BEP untuk manajemen, yaitu :

  1. Membantu pengendalian melalui anggaran.
  2. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.
  3. Menganalisa dampak perubahan volume.
  4. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
  5. Merundingkan upah.
  6. Manganalisa bauran produk.
  7. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
  8. Menganalisa margin of safety.

 

KEGUNAAN ANALISA BEP BAGI MANAJEMEN

  1. Analisa BEP dan Keputusan Penambahan Investasi

Hasil analisa BEP di samping memberikan gambaran tentang hubungan antara biaya, volume dan laba, juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajement dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapinya. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Memperbandingkan tingkat BEP sebelum adanya tambahan investasi baru dengan sesudah adanya tambahan investasi tersebut;
  2. Menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk memperoleh keuntungan tertentu atau minimal sama dengan keadaan sekarang;
  3. Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dalam dua keadaan tersebut.

 

Analisa BEP dan Keputusan Menutup Usaha

Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus maupun dengan grafik BEP.

Biaya variabel biasanya merupakan biaya tunai dan biaya tetap sebagian merupakan biaya tunai dan sebagian lagi merupakan sunk cost. Untuk menghitung jumlah satuan barang yang harus dijual agar dapat menutup biaya tunainya (shut down point), yaitu biaya tetap tunai dibagi dengan marginal income per unit.

Bila digunakan grafik, maka suatu usaha harus dihentikan apabila tingkat penjualan berada di titik perpotongan antara garis penjualan dengan garis biaya tunai.

Di samping kedua kegunaan tersebut, analisa BEP dapat pula digunakan untuk membantu memecahkan masalah lain, misalnya : penentuan harga jual terendah yang memungkinkan untuk diterima oleh perusahaan, penentuan produk yang harus ditingkatkan ataupun dikurangi produksinya untuk memperoleh keutungan yang terbesar, menentukan akibat adanya perubahan tingkat harga ataupun product mixture, penentuan profit/keuntungan yang akan diperoleh pada berbagai tingkat volume penjualan dan masalah lain yang dihadapi manajemen perusahaan.

 

ANGGAPAN-ANGGAPAN ANALISA BEP

Pada umumnya konsep atau anggaran dasar yang digunakan dalam analisa BEP, antara lain :

a. Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel dan prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat;

b. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh;

c. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proporsional (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan penjualan;

d. Bahwa harga jual per satuan barang tidak akan berubah, berapapun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum;

e. Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual atau jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan.

 

Asumsi-Asumsi Dasar Analisa BEP menurut Mulyadi (1993, p. 259) :

1.Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.

2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan.

3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.

4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.

5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.

6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.

7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.

8. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Analisis BEP mempunyai keterbatasan, yaitu:

1.Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu

2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan

3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu

4. Sales mix adalah konstan

F. KELEMAHAN BREAK EVEN POINT
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).

  1. Asumsi tentang linearity

Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.

  1. Klasifikasi biaya

Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.

  1. Jangka waktu penggunaan

Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

GRAFIK BEP DAN GRAFIK LABA PER SATUAN

Dengan grafik BEP, manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) dan laba. Selain itu, manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel. Di samping itu, manajemen dapat mengetahui tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan sudah menimbulkan laba.

Dari grafik laba per satuan maupun dari tabelnya, manajemen akan memperoleh informasi tentang hubungan antara volume penjualan, biaya dan laba per satuan barang; manajemen akan memperoleh informasi tentang besarnya biaya per satuan, rugi maupun laba untuk berbagai tingkat penjualan/produksi tersebut dan besarnya satuan barang yang harus dijual agar perusahaan tidak menderita rugi dan belum memperoleh laba.

Berdasarkan keterbatasan tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila:

  1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
  2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
  3. Perubahan dalam sales price per unit. Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
  4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah.
  5. Margin Of Safety. Dalam hubungannya dengan analisis BEP yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:

MARGIN OF SAFETY

Suatu perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar adalah lebih baik bila dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.

Prosentase dari Margin of Safety dapat dihubungkan langsung dengan:

1. Perubahan Biaya Tetap

Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat BEP akan berubah pula.

2. Kenaikan Biaya Variabel

Dengan kenaikan biaya variabel, maka jumlah biaya juga akan berubah, begitu pula besarnya penjualan pada tingkat BEP akan berubah.

3. Kenaikan Harga Jual

Manajement perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang diharapkan dapat menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi, perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan perubahan besarnya BEP.

4. Perubahan Komposisi Penjualan

Apabila perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa BEP dapat pula diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan tersebut. Maka, komposisi (perbandingan) antara barang-barang tersebut harus tetap sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (produk-mix dan sales-mix). BEP dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa masing-masing produk harus dalam keadaan BEP. Apabila komposisinya berubah maka BEP-nya secara total akan berubah pula
CONTOH KASUS BREAK EVEN POINT

Lilianto Ichsan membuat  dan  menjual  dua jenis produk yaitu Kosimil dan Lusimol. Total biaya tetap untuk kedua jenis produk tersebut Rp. 60.000,00. Harga  jual, biaya  variabel, dan laba kontribusi per unit serta rasio masing-masing produk adalah :

Produk Kosimil           Produk Lusimol

Harga Jual                             Rp. 12,00     100%       Rp. 8,00    100%

Biaya Variabel                      Rp.  6,00      50%          Rp. 6,00     75%

Laba Kontribusi                   Rp.  6,00      50%          Rp. 2,00     25%

1.Jika komposisi penjualan produk K dan L dalam unit masing-masing

1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2, hitunglah penjualan  pada titik

impas dengan teknik :

a.Rasio LK rata-rata

b. LK rata-rata per unit

2. Jika  total penjualan yang direncanakan untuk kedua jenis produk

tersebut  sebesar 20.000 unit, dan  komposisi penjualan produk K

dan  L  dalam unit masing-masing 1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2,

hitunglah besarnya laba yang direncanakan

Penyelesaian :

1. Menghitung penjualan pada titik impas dengan komposisi produk K

dan L dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2.

a. Teknik CM ratio rata-rata

a + i

BEP (Rp)     =  —————————–

Rasio Laba  Kontr. Rata-rata

Rp. 60.000 + 0

=  ————————–    = Rp. 150.000,00

(50% X 3) + (25% X 2)

————————–

3 + 2

Titik impas tercapai pada penjualan sebesar Rp. 150.000,00. Produk

K dan produk L dengan komposisi 3 : 2, maka produk K sebesar = 3/5

(Rp. 150.000) = Rp. 90.000,00  dan  produk  L  sebanyak  Rp. = 2/5

(Rp. 150.000) = Rp. 60.000,00.

b. Teknik Laba Kontribusi Rata-rata per unit

a + i

BEP (Unit)     =          ——————————–

Laba  Kontr. Rata-rata per unit

Rp. 60.000 + 0

=  ——————————-

(Rp. 6,00 X 1) + (Rp. 2,00 X 1)

——————————–

1      +          1

Rp. 60.000

= ——————–        =  15.000 unit

4

Titik impas tercapai pada penjualan sebanyak 15.000 unit, produk

K dan produk L  dengan  komposisi 1 : 1, maka  penjualan  produk

K  =  1/2 (15.000 ) = 7.500 unit, dan  produk L = 1/2 (15.000) =

7.500 unit.

Bukti :

Produk K               Produk L            Total

7.500 unit              7.500 unit         15.000 unit

Jumlah      %      Jumlah       %     Jumlah      %

Penjualan            Rp. 90.000  100   Rp. 60.000  100  Rp. 150.000  100

Biaya Variabel       45.000     50       45.000    75       90.000   60

——————————————————-

Laba Kontribusi      45.000     50       15.000    25       60.000   40

Biaya Tetap                                                                      60.000

——–

Laba Bersih                                                                         0

2. Jika  total  penjualan 20.000 unit  dengan  komposisi penjualan

produk k dan L masing-masing dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah

3 : 2, maka besarnya laba adalah :

Produk K             Produk L           Total

10.000 unit         10.000 unit        20.000 unit

Jumlah       %     Jumlah       %     Jumlah        %

Penjualan       Rp. 120.000   100  Rp. 80.000    100  Rp. 200.000   100

Biaya Variabel       60.000    50      60.000     75      120.000    60

——————————————————–

Laba Kontribusi      60.000    50      20.000     25      80.000     40

Biaya Tetap                                                                    60.000

———

Laba Bersih                                                                   20.000

Kesimpulan :

Dampak Perubahan Komposisi Penjualan terhadap hubungan CPV Perusahaan  yang  menjual  lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai kesempatan untuk  menaikkan laba kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara memperbaiki komposisi penjualan, yaitu menaikkan proporsi penjualan  produk  yang menghasilkan rasio laba kontribusi (contribution margin ratio) yang tinggi.
SUMBER :
http://anakkeciilsangadh.blogspot.co.id/2012/04/analisa-break-even-point-bep_22.html
http://lilianto-ichsan.blogspot.co.id/2012/04/contoh-kasus-break-even-point.html
http://restoe-ibu.blogspot.co.id/2012/01/break-even-point-pengertian-perhitungan.html
http://zahiraccounting.com/id/blog/break-even-point-bep/

Tugas 3 Softskill : Analisis Sumber dan Penggunaan Kas & Analisis Perubahan Penghasilan dan Biaya

Nama                        : Elin Zanuar Saepudin

NPM                          : 43214496

Kelas                         : 3DA02

Mata kuliah            : Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu  : Wigiyanti

 

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

A. Pengertian Analisis Sumber dan Penggunaan Kas 

Analisis sumber dan penggunaan kas (aliran kas) merupakan alat yang sangat penting bagi manajemen keuangan untuk mengetahui aliran kas, darimana asal kas dan kemana aliran kas tersebut digunakan. Sedangkan bagi perusahaan digunakan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan kas sekaligus untuk menilai tingkat likuiditasnya agar tetap terjaga.

Informasi aliran kas sangat berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Informasi arus kas tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan, karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

Pihak manajemen dapat menggunakan laporan sumber dan penggunaan kas untuk menentukan kebijakan deviden, kas yang berasal dari investasi operasi, dan kebijakan investasi dan pendanaan. Sementara pihak luar, seperti investor dan kreditur dapat menggunakan laporan arus kas untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden, kemampuan dalam membayar hutang dan kas yang berasal dari operasi dibandingkan dengan kas yang berasal dari sumber penggunaannya.

B. Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas

 Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi utang lancar. Dengan demikian, yang dilaporkan adalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-sebab perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar secara keseluruhan dan tidak akan menunjukan jumlah uang yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode tersebut.

Laporan perubahan kas (cash flow statement) atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau menunjukan aliran atau gerakan kas, yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunaan kas dalam periode yang bersangkutan. Laporan ini berbeda dengan laporan laba rugi, khususnya yang dalam penyusunannya menggunakan dasar waktu atau accruals basis, karena laporan perubahan kas merupakan ringkasan transaksi keuangan yang berhubungan dengan kas tanpa memperhatikan hubungannya dengan penghasilan yang diperoleh maupun biaya-biaya yang terjadi.

Subjek laporan perubahan kas adalah sumber dan penggunaan kas, sedang subjek laporan laba rugi adalah penghasilan yang direalisasi atau diperoleh dan biaya yang terjadi tanpa memperhatikan apakah penghasilan itu sudah diterima uangnya atau belum dan apakah biaya-biaya itu sudah di bayar per kas atau belum. Kalau dasar yang digunakan dalam menyusun laporan laba rugi tersebut adalah dasar tunai atau cash basis, dimana penghasilan baru diakui kalau sudah di terima uangnya dan biaya diakui kalau sudah di bayar tunai per kas, dalam hari ini laporan laba rugi menunjukan sumber kas yang berasal dari operasi. Perlu diperhatikan bahwa sumber kas tidak hanya dari operasi tetapi masih banyak sumber penerimaan kas lainnya, begitu pula penggunaannya tidak hanya untuk membiayai operasi. Oleh karena itu, laporan sumber dan penggunaan kas (laporan penggunaan kas) sifatnya atau scopenya lebih luas dari pada laporan laba rugi baik yang penyusunannya berdasarkan cash basis maupun accruals basis.

Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat di gunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.

C. Sumber Kas

Kas merupakan ktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya (sumber-sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya). Penerima dan pengeluaran suatu perusahaan ada yang bersifat rutin dan terus-menerus dan ada pula yang bersifat insidentil atau tidak terus-menerus.

Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari:

  1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
  2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
  3. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
  4. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan sebagainya.
  5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
  6. Keuntungan dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan

D. Penggunaan Kas

Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya   transaksi-transaksi sebagai berikut:

  1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta pembelian aktiva tetap lainnya.
  2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
  3. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
  4. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
  5. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
  6. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut.

Sumber penerimaan kas yang berasal dari penjualan barang dagangan maupun jasa bila dipertemukan dengan biaya operasi maka secara neto akan diperoleh sumber   kas yang berasal dari operasi (laporan laba rugi dasar tunai). Akan tetapi, pada     umumnya perusahaan menyusun laporan laba rugi dengan menggunakan dasar waktu,       oleh karena itu laba bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi harus disesuaikan         sehingga menjadi hasil operasi berdasarkan tunai (cash basis).

E. Laporan Sumber Dan Penggunaan Kas

Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumber masing-masing serta tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analisis yang memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni. Bagi eksternal analisis, menyusun laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta informasi-informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang tidak mempengaruhi kas (noncash transaction).

Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain sebagai berikut:

  1. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset, dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.
  2. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat di tagih lagi.
  3. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.
  4. Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.

Terhadap transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi kas tersebut harus dilakukan penyesuaian (dilakukan jurnal adjustment dan reversal journal). Di samping itu juga perlu diadakan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh akibat dari penggunaan dasar waktu atau accruals basis accounting (yaitu adanya accrued and deferred revenue and expenses) sehingga pos atau rekening-rekening yang bersangkutan menunjukan penghasilan (revenue) dan biaya (expenses) tunai (cash basis accounting).

Penyesuaian-penyesuaian terhadap transaksi yang tidak mempengaruhi kas tidak dimasukan dalam buku catatan perusahaan tetapi hanya dalam work sheet saja, karna seperti halnya penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja maka dalam penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas dapat pula di lakukan secara langsung dari laporan keuangan atau dengan menggunakan bantuan work sheet mapun rekening (T account).

 

Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan Dana Dalam Aliran Kas.

Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana dalam artian kas memiliki langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu tertentu dalam kolom pertama dan kedua.
  2. Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang diperbandingkan (current year).
  3. Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca, tunjukkan dalam kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom perubahan debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta bertambahnya biaya serta berkurangnya penhasilan. Sedangkan kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva, kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan dan berkurangnya biaya.
  4. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak mempengaruhi kas.
  5. Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut untuk menghilangkan akibat atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah dicatat dalam periode tersebut.
  6. Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan (kecuali perubahan kas) Ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber dan Penggunaan Kas”.
  7. Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan penghasilan merupakan sumber kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas), penurunan utang, modal dan kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan kas tidak perlu dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena perubahan kas inilah yang dianalisis, selisih jumlah kolom sumber kas dengan penggunaan kas harus sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos “Kas”.
  8. Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya diambil dari dua kolom terakhir dari lembar kerja.

 

ANALISIS PERUBAHAN PENGHASILAN DAN BIAYA

A. Pentingnya Analisis Perubahan Penghasilan Dan Biaya

Analisis pos-pos laporan laba rugi yang terperinci sangat penting dilakukan karena keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung pada realisasi keuntungan. Analisis pos-pos laporan  laba rugi untuk satu periode saja akan kurang berarti karena tren dari penghasilan, harga pokok penjualan, dan biaya tidak dapat ditentukan. Dari perbandingan pos-pos penting seperti total penjualan, harga pokok penjualan, laba bruto, biaya usaha, laba usaha, dan laba bersih selama dua periode atau lebih akan diperoleh gambaran tentang perubahanya. Apakah  perubahan tersebut menguntungkan atau merugikan, faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan itu, memerlukan analisis lebih lanjut.

Dari hasil penjualan yang diperoleh sebagian akan digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya-biaya usaha dan sisanya perubahan laba usaha. Apabila volume penjualan dicapai dengan biaya-biaya usaha yang bertambah besar, ini akan mengurangi laba usaha, dan akibatnya mungkin tidak diperoleh laba yang cukup untuk membayar beban bunga dan deviden (bagian keuntungan bagi pemegang saham). Kenaikan dalam volume penjualan belum tentu menguntungkan bagi perusahaan apabila kenaikan volume penjualan itu diikuti kenaikan biaya-biaya usaha yang cukup besar. Analisis perubahan akan mencakup studi tentang perubahan penjualan, perubahan laba bruto, dan perubahan laba bersih. Juga penting dipelajari adanya perubahan tingkat harga selama jangka waktu yang diamati.Dalam menganalisis penjualan, juga perlu di analisis adanya retur dan potongan penjualan yang harus dikurangi dari penjualan bruto.Banyaknya retur penjualan mungkin disebabkan oleh kurang hati-hatinya pada waktu pengepakan dan pengiriman barang pesanan langganan sehingga menyebabkan rusak atau cacatnya barang dan rendahnya kualitas barang.

B. Rasio Harga Pokok Penjualan dengan Penjualan Bersih dan Rasio Laba Bruto dengan Penjualan Bersih

Selisih antara penjualan bersih (unit penjualan kali harga jual) dengan harga pokok penjualan (unit penjualan kali unit cost) menunjukan laba bruto.Laba bruto digunakan untuk menutup biaya usaha dan biaya lain-lain, sisanya merupakan laba bersih atau rugi.Rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih, rasio ini mencerminkan persentase dari penjualan bersih yang diserap untuk ongkos barang jadi yang kemudian dijual.Rasio laba bruto dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi laba bruto dengan penjualan bersih, rasio ini dapat juga dihitung dengan mengurangkan rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dari angka 100%.

Perubahan laba bruto dapat dianalisis dengan melihat perubahan penjualan bersih (baik perubahan jumlah unit yang dijual maupun perubahan harga penjualan per unit) dan perubahan harga pokok penjualan (baik perubahan jumlah unit yang dijual maupun perubahan harga pokok per unit/harga beli per unit). Misalnya bila terjadi kenaikan laba bruto, mungkin disebabkan oleh faktor;

  1. Harga jual per unit naik, sedang harga pokok penjualan tetap.
  2. Harga pokok penjualan lebih rendah, sedang harga jual per unit tetap.
  3. Kombinasi keduanya, yakni harga jual per unit naik dan harga pokok per unit turun.
  4. Jumlah unit yang dijual meningkat, sedang harga jual per unit dah             harga pokok per unit tetap.

Kenaikan laba bruto karena kenaikan harga jual tidak dapat dipakai sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan karena perubahan harga jual lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang berada diluar perusahaan (faktor ekstern).Perubahan harga jual ditentukan oleh kekuatan permintaan penawaran di pasar yang sulit dikendalikan oleh perusahaan, lain halnya dengan perubahan jumlah unit yang dijual.Perubahan laba bruto yang disebabkan oleh adanya perubahan jumlah unit yang dijual mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan bagian penjualan.Kenaikan laba bruto karena adanya kenaikan jumlah unit yang dijual berarti bagian penjualan telah bekerja lebih aktif.Apabila biaya pemasaran dapat dipertahankan berarti perusahaan telah dapat meningkatkan efisiensi dalam operasinya.

Rasio laba bruto yang rendah mungkin diakibatkan adanya kebijaksanaan pembelian dan mark-up yang tidak menguntungkan, ketidak mampuan manajemen meningkatkan volume penjualan, harga menurun (untuk meningkatkan volume penjualan) tetapi tidak disertai dengan turunnya harga pokok barang, meningkatnya ongkos produksi karena kelebihan investasi fasilitas pabrik atau karena adanya kenaikan bahan, kenaikan upah, atau kenaikan harga-harga umum yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Perubahan tingkat harga pokok penjualan pada waktu harga naik turun disebabkan oleh adanya perbedaan metode dalam menilai persediaan akhir. Penggunaan metode FIFO atau LIFO akan memberikan hasil yang berbeda.

 C. Laporan Perubahan Laba Bruto Dan Analisis

Dalam suatu perusahaan yang memproduksi dan menjual satu macam produk atau barang, laporan perubahan laba bruto menunjukkan pengaruh perubahan dalam volume penjualan, perubahan dalam harga jual, dan perubahan dalam harga pokok barang yang di produksi dan dijual. Dengan perkataan lain laporan tersebut menunjukan:

  1. Perubahan penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok penjualan per unit.
  2. Perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok per unit.

Perubahan Laba Kotor (gross profit) perlu dianalisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik perubahan yang menguntungkan maupun perubahan yang tidak menguntungkan, sehingga akan dapat diambil tindakan seperlunya untuk periode berikutnya. Pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh dua factor, yaitu factor penjualan dan factor harga pokok penjualan.Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh kwantitas atau volume produk yang dapat dijual dan harga jual per satuan produk tersebut.

Perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya perubahan  harga pokok penjualan dapat disebabkan oleh :

  1. Perubahan harga pokok rata-rata per satuan
  2. Perubahan kwantitas atau volume produk yang dijual

Perubahan laba kotor baik itu merupakan penurunan atau kenaikan yang disebabkan oleh factor harga jual tidak dapat digunakan sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan, karena hal ini disebakan oleh factor ekstern perusahaan. Suatu perubahan laba kotor  yang disebabkan oleh adanya perubahan kwantitas atau volume barang yang dijual mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan bagian penjualan. Penurunan laba kotor yang disebabkan oleh naiknya harga pokok penjualan menunjukkan bagian produksi telah bekerja secara tidka efisien.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan laba brutopada dasarnya dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu :

  1. Perubahan harga jual ( sales price variance) yaitu adanya perubahan antara harga jual yang sesungguhnya dengan harga jual yang dibudgetkan atau harga jual sebelumnya. Perubahan ini dapat ditentukan dengtan menggunakan rumus :

( Hj₂ – Hj₁ ) K₂

Keterangan:

Hj₁       = harga jual persatuan produkyang dibudgetkan atau tahun sebelumnya

Hj₂       = harga jual per satuan produk yang sesungguhnya

K₂        = kwantitas atrau volume produk yang sesungguhnya dijual tahun ini

Apabila ( Hj₂ – Hj₁ ) menunjukkan/menghasilkan angka positif berarti ada kenaikan harga yang berarti menujukkan keadaan yang menguntungkan, sebaliknya bila negative berarti ada penurunan harga jual dan menujukkan keadaan yang merugikan.

  1. Perubahan kwantitas produk yang dijual ( sales volume variance) yaitu adanya perubahan antara kwantitas produk yang direncanakan/tahun sebelumnya denga kwantitas produk yang sesungguhnya dijual (direalisir). Perubahan yang disebabkan oleh perubahan kwantitas volume produk yang dijual dapat ditentukan dengan rumus :

( K₂ – K₁ ) Hj₁

Keterangan :

K₂        = kwantitas penjualan yang sesungguhnya direalisir tahun ini

K₁        = kwantitas penjualan yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya

Hj₁       = harga jual per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya sebagai      standard

Bila ( K₂ – K₁ ) menghasilkan angka positif menujukkan bahwa kwantitas produk yang sesungguhnya dijual lebih besar daripada yang direncanakan, hal ini menunjukkan keadaan yang menguntungkan atau bagian penjualan bekerja lebih baik, sebaliknya bila menghasilkan angka negative berarti penjualanturun dan menunjukkan keadaan yang merugikan.

  1. Perubahan harga pokok penjualan per satuan produk ( cost price variance ) yaitu adanya perbedaan antara harga pokok penjualan persatuan produk ( unit cost ) menurut budget/ tahun sebelumnya dengan harga pokok yang sesungguhnya. Perubahan laba kotor yang disebabkan oleh hal ini dapat ditentukan dengan rumus :

( HPP₂ – HPP₁ ) K₂

Keterangan :

HPP₂   = haraga pokok penjualan yang sesungguhnya

HPP₁   = harga pokok penjualan menurut budget/tahgun sebelumnya

K₂        = kwantitas produk yang sesungguhnya dijual

Bila ( HPP₂ – HPP₁ ) mengahislkan angka positif berarti HPP mengalami kenaikan dalam sector biaya menunjukkan keadaan yang merugikan, sebaliknya bila hasilnya negative berate biaya mengalami penurunan yang berarti pula menunjukkan keadaan yang menguntungkan.

  1. Perubahan kwantitas harga pokok penjualan ( cost volume Variance ) yaitu adanya perubahan harga pokok penjualan karena adanya perubahan kwantitas/vol,ume yang dijual atau yang diproduksi. Hal ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

( K₂ – K₁ ) HPP₁

Apabila ( K₂ – K₁ ) menghasilkan angka positif berarti kwantitas yang dijual/diproduksi bertambah ( mengalami kenaikan ), apabila kwantitas bertambah maka harga pokok penjualan akan mengalami kenaikan pula dan bertambahnya harga pokok penjualan menunjuukkan keadaan yang tidak menguntukan ( merugikan ). Sebaliknya bila hasilnya negative berarti ada penurunan biaya dan menunjukkan keadaan yang menguntungkan.

Contoh :

PT  INDIRASARI

Laporan Rugi-Laba

Akhir tahun 1979 dan 1978

 

Penjualan neto

Harga pokok penjualan

Laba kotor

Kwantitas yang dijual

Harga jual per satuan

Harga pokok per satuan

1978 1979 Kenaikan
200.000

150.000

253.000

181.125

53.000

31.125

50.000 71.875 21.875
1.000

200

150

1.150

220

157,50

150

20

7,50

Menurut data diatas tahun 1979 dibandingkan dengan tahun 1978 Menunjukkan adanya kenaikan dalam penjualan sebesar Rp. 53.000, dan kenaikan harga pokok penjualan Rp. 31.125, sehingga laba kotor 1979 dibandingkan 1978 mengalami kenaikan sebesar Rp. 21.875. apakah yang menyebabkan kenaikan ini ? untuk mengetahui sebab-sebab perubahan tersebut  perlu dilakukan langkah-langkah analisa sebagai berikut :

Langkah I :

Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh factor penjualan ( factor kwantitas penjualan maupun factor harga jual )

a. Penjualan 1979 000

Unit penjualan 1979 x harga jual 1978                                         230.000

 

Kenaikan laba kotor karena perubahan harga jual                      23.000   (laba)

Perubahan laba kotor yang disebabkan adanya perubahan harga jual dapat ditentukan dengan menggtunakan rumusnya yaitu :L

( Hj₂ – Hj₁ ) K₂

( 220 – 200 ) 1.150      = 23.000

b. Kwantitas penjualan 1979 x harga jual 1978 000

Penjualan 1978 (sebagai standard )                                               200.000

Kenaikan laba kotor karena perubahan kwantitas penjualan  30.000  (laba)

Atau :

= ( K₂ – K₁ ) Hj₁

= (1.150 – 1.000 ) 200

= 30.000

Langkah II

Menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya perubahan harga pokok penjualan per satuan produk maupun kwantitasnya.

a. Harga pokok penjualan 1979

Kwantitas penjualan 1979 x harga jual 1978                                172.500

Kenaikan laba kotor perubahan harag jual                                    8.625  (rugi)

Atau :

= (HPP₂ – HPP₁ ) K₂

= ( 157,50 – 150 ) 1.150

= 8.625

b. Kwantitas penjualan 1979 x harga pokok 1978 500

Harga pokok penjualan 1978 (sebagai standard)                          150.000

Kenaikan laba kotor karena perubahan kwantitas

Harga pokok penjualan                                                                   22.500 ( Rugi )

Atau :

= (K₂ – K₁ ) HPP₁

= ( 1.150 – 1000 ) 150

PT INDIRASARI

Laporan Perubahan Laba Kotor

Akhir Tahun 1979 dengan 1978

Kenaikan penjualan yang disebabkan :

Kenaikan Harga Jual                                                   23.000

Kenaikankwantitas penjualan                                     30.000

53.000

Kenaikan harga pokok penjualan disebabkan :

Kenaikan harga pokok per satuan produk                               8.625

Kenaikan kwantitas harga pokok penjualan                            22.500

31.125

Kenaikan laba kotor ……       ……………………………………     21.875

Kenaikan sektor penjualan sebesar Rp. 53.000 dan kenaikan  harga pokok penjualan Rp. 31.125 dapat pula dianalisa faktor-faktor penyebab perubahan tersebut

dengan cara sebagai berikut :

a. Faktor kwantitas penjualan

Kenaikan penjualan karena naiknya volume, jika tidak ada kenaikan harga jual.

Harga per unit 1978                                                            200

Kenaikan kwantitas                                                           150

Kenaikan laba kotor karena kwantitas penjualan  (200 x 150)                 30.000

b. Factor harga jual :

Kenaikan penjualan karena kenaikan harga jual, jika tidak ada kenaikan kwantitas penjualan :

Kenaikan harga jual                                                                 20

Volume (kwantitas) penjualan 1978                                 1.000

Kenaikan laba kotor karena harga jual ( 20 x 1.000 )                                20.000

c. Factor kwantitas penjualan dan harga jual

Kenaikan harga jual per satuan

Dikalikan kenaikan kwantitas penjualan ( 20 x 150 )                                 3.000

Total kenaikan laba bruto karena penjualan                                  53.000

Kenaikan harga pokok penjualan Rp 31.125 dapat ditentukan faktor-faktor penyebanya sebagai berikut :

1.Faktor kwantitas

Kenaikan harga pokok penjualan karena kenaikan volume jika tidak ada kenaikan harga pokok :

Harga pokok 1978                                                    150

Kenaikan kwantitas atau volume                             150

Kenaikan karena factor kwantitas ( 150 x 150 )                                       22.500

2. Factor harga pokok ( biaya )

Kenaikan harga pokok penjualan karena kenaikan harga pokok per unit, jika tidak ada kenaikan dalam volume :

Kenaikan  harga pokok per satuan                                                               7,50

Volume/kwantitas                                                                                     1.000

Kenaikan karena factor harga pokok ( 7,50 x 1.000)                                  7.500

3. Faktor kwantitas dan harga pokok :

Kenaikan harga pokok per unit dikalikan volume ( 7,50 x 150 )                1.125

Total kenaikan harga pokok penjualan                                                      31.125

Untuk kepentingan management atau pihak-pihak yang ingin mengetahui sifat atau pengaruh berbagai factor terhadap perubahan laba kotor, maka laporan kepada management atau pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :

PT INDIRASARI

Laporan perubahan dalam penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor

Akhir tahun 1979 dengan 1978

 

 

 

Junlah tahun 1979

Jumlah tahun 1978

 

Kenaikan

Penjualan Harga pokok penjualan Gross profit
253.000

200.000

181.125

150.000

71.875

50.000

 

53.000

 

31.000

 

21.875

 

Kenaikan – penurunan disebabkan oleh :

Faktor kwantitas                                 30.000             22.500               7.500

Factor harga jual                                  20.000                –                     20.000

Factor harga pokok                                  –                  7.500                 7.500

Factor kwantitas dan harga jual                        3.000                  –                  3.000

Factor kwantitas dan harga pokok           –                  1.125               1.125

Jumlah                                                             53.000                         31.125                         21.875

 

Analisa perubahan laba kotor adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari satu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang di budgetkan untuk periode tersebut.

 

D. OPERATING LEVERAGE

Konsep operating leverage bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan pengendalian keuangan. Perlu ditegaskan kembali bahwa leverage dalam pengertian bisnis mengacu pada penggunaan aset dan sumber dana (source offunds) oleh perusahaan di mana dalam penggunAan aset atau dana tersebut perusahaan harusmengeluarkan biaya tetap atau beban tetap.

Perusahaan menggunakan financial dan operating leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverageakan menurunkan keuntungan pemegang saham. Konsep leverage tersebut sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analis keuangan dalam melihat trade-off antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.

 

Definisi Operational Leverage

Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang memiliki biaya-biaya operasi tetap. Biaya tetap tersebut misalnya biaya penyusutan gedung dan peralatan kantor, biaya asuransi dan biaya lain yang muncul dari penggunaan fasilitas dan biaya manajemen. Dalam jangka panjang, semua biaya bersifat variabel, artinya dapat berubah sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan.Oleh karena itu, dalam analisis ini diasumsikan dalam jangka pendek.Biaya operasi tetap, dikeluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada seluruh biaya operasi tetap dan variabel.Pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap yaitu adanya perubahan dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan keuntungan atau kerugian operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah ditetapkan.

Leverage operasi juga memperlihatkan pengaruh penjualan terhadap laba operasi atau labasebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax atau EBIT) yang diperoleh. Pengaruh tersebut dapat dicari dengan menghitung besarnya tingkat leverage operasinya (degree ofoperating leverage).

Degree of Operating Leverage (DOL)
Tingkat leverage operasi atau degree of operating leverage (DOL) adalah persentase perubahan dalam laba operasi (EBIT) yang disebabkan perubahan satu persen dalam output (penjualan). Dengan demikian maka,

Tingkat elastisitas   Persentase perubahan laba operasi (EBIT)  
operasi pada unit =  
Persentase perubahan output (penjualan)  
output penjualan    
     
       

 

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN LABA BERSIH (NET INCOME) :

  1. Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual perunit.
  2. Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok penjualan ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau di produksi atau dijual dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit.
  3. Naik turunnya biaya usaha yang di pengaruhi oleh jumlah unit yang dijual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi operasi perusahaan.
  4. Naik turunnya pos penghasilan atau biaya non operasional yang dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahaan kebijaksanaan dalam pemberian atau penerimaan discount.
  5. Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.
  6. Adanya perubahan dalam metode akuntansi.

 

SUMBER :
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/kursus_financial_analysis/KAS.pdf
http://ayu-rahayu91.blogspot.co.id/2012/03/analisis-sumber-dan-penggunaan-kas.html

http://vivinvirantikayuliartanti.blogspot.co.id/2012/03/anlisa-sumber-dan-penggunaan-kas.html
https://oniiomad.wordpress.com/analisis-sumber-dan-penggunaan-kas/
http://yana-anggraini.blogspot.co.id/2013/06/perubahan-laba-kotor_4.html

https://bungamasamba.blogspot.co.id/2014/10/makalah-perubahan-laba-kotor.html

http://raiaputri.blogspot.co.id/2016/04/analisis-perubahan-pendapatan-dan.html

http://nur-indrawan.blogspot.co.id/2012/10/a-pentingnya-analisis-perubahan.html

 

 

Tugas 2 Softskill : Analisis Perbandingan Laporan Keuangan & Contoh Kasus

Nama                        : Elin Zanuar Saepudin

NPM                          : 43214496

Kelas                         : 3DA02

Mata kuliah            : Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu  : Wigiyanti

A. Pengertian Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

Analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lain baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio.

Analisis perbandingan laporan keuangan merupakan analisis vertikal-horizontal yang membandingkan antara setiap pos-pos yang sama dalam laporan keuangan untuk periode beberapa tahun (periode) sehingga dapat diketahui perkembangan (tren) atau kecenderungannya. Yang diperbandingkan adalah hasil penilaian yang diperoleh dari kinerja perusahaan selama beberapa tahun.

Secara umum hasil analisis perbandingan laporan keuangan dapat ditunjukkan dalam bentuk:

  1. Jumlah dalam rupiah
  2. Jumlah penurunan dalam rupiah
  3. Jumlah kenaikan dalam rupiah
  4. Perbandingan dalam %
  5. Perbandingan dalam bentuk rasio

Perbandingan antarpos laporan dapat dilakukan melalui:

  1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horizontal) misalnya laporan keuangan tahun 1996, dibandingkan den laporan keuangan tahun 1997. Perbandingan antara 1996, 1997, 1998, dan seterusnya.
  2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
  3. Perbandingan dengan angka-angka standar Industri yang berlaku (Industrial Norm). Di Indonesia standar ini belum tetapi di Amerika beberapa perusahaan mengkhususkan diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standard & Poor dan lain-lain.
  4. Perbandingan dengan budget (anggaran).
  5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.

 

B. Tujuan dan Manfaat Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

Tujuan dilakukannya perbandingan laporan keuangan perusahaan adalah sebagai berikut :

  • Mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
  • Membandingkan data keuangan dua periode atau lebih, sehingga dapat diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil  oleh pihak-pihak  yang berkepentingan.
  • Menentukan bagaimana setiap pos laporan keuangan berubah, sebab pos-pos tersebut berubah, dan mengeahui apakah perubahan tersebut menguntungkan atau tidak.

Sedangkan manfaat dengan membandingkan laporan keuangan perusahaan adalah sebagai berikut :

  • Memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan.
  • Dapat menyajikan data historis serta menyeluruh yang terdiri dari data yang ada merupakan hasil kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi serta pendapat pribadi.
  • Membantu para manajer, karena dengan laporan keuangan yang diperbandingkan untuk beberapa periode dapat diketahui sifat dan tendensi / kecenderungan perubahan yang terjadi dalam perusahaan.

C. Fungsi atau Kegunaan Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

Fungsi dan kegunaan analisis ini adalah :

  • Untuk mengetahui perubahan masing-masing unsur laporan keuangan dalam beberapa periode.
  • Sebagai dasar pembuatan perencanaan,kebijaksanaan, keputusan, serta tindakan operasional manajemen perusahaan pada periode yang akan datang.

D. Metode Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Metode yang biasa digunakan untuk membandingkan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

  • Analisis horizontal

Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan dari beberapa periode yang berbeda untuk melihat perubahan–perubahan kekayaan perusahaan, modal kerja netto, dan kas perusahaan. Dari analisis–analisis perubahan ini dapat diketahui asal atau sumber penggunaan dana perusahaan, disamping perkembangan perusahaan dari periode satu ke periode yang lainnya.

  • Analisis Vertikal

Analisis vertikal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan antara masing–masing pos dalam laporan keuangan periode berjalan dengan jumlah total pada laporan keuangan yang sama sehingga dapat diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada periode itu.

Perbandingan dapat juga dilakukan antara laporan yang sudah dikonversikan ke angka indeks atau laporan bentuk common size awam. Metode ini dianggap lebih mudah dan lebih sederhana menafsirkannya dibanding laporan aslinya. Dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan ini kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif sebagai perbandingan (yardstick).

E. Prosedur perbandingan laporan keuangan yang baik

Langkah awal yang baik didalam melakukan analisis laporan keuangan adalah dengan menyajikan laporan keuangan secara komparatif, misalnya untuk dua atau tiga tahun atau lebih. Dengan penyajian laporan keuangan seperti ini akan adapat diperoleh gambaran mengenai pergerakan dan kecenderungan serta memberikan petunjuk yang berharga didal rangka memprediksi masa datang.
Pembandingan laporan keuangan untuk dua atau tiga periode dapat dilakukan dengan menghitung perubahan dari tahun ke tahun, baik dalam jumlah absolute (rupiah) maupun dengan prosentase. Didalam perbandingan laporan keuangan, perubahan baik dalam absolute (rupiah) maupun prosentase, keduanya harus dipertimbangkan. Hal ini disebabkan karena ukuran rupiah dari dasar yang berbeda, yang digunakan untuk menghitung perubahan prosentase dapat mengakibatkan perubahan prosentase yang besar, melebihi porsinya. Sebagai contoh, suatu perubahan sebesar 20% dari satu angka Rp 1 juta adalah jauh lebih tidak ada artinya dibandingkan dengan perubahan yang sama dari angka Rp 100 juta.
Perbandingan Laporan Keuangan
Dengan Comparative Balance Sheet atau memperbandingkan Neraca yang menunjukkan aset, Hutang serta Modal perusahaan pada dua tanggal atau lebih akan dapat diketahui perubahan-perubahan :
•   Laba atau rugi yang bersifat operasionil maupun insidentil
•   Diperolehnya Aset maupun perubahan bentuk Aset
•   Timbulnya atau lunasnya hutang maupun perubahan bentuk hutang yang satu ke
hutang lainnya
•   Pengeluaran atau pembayaran atau penarikan modal saham (penambahan atau
pengurangan modal)
Dalam membuat perbandingan antara berbagi laporan keuangan biasanya aktiva tertentu seperti aktiva tidak berwujud (goodwill, hak patent, hak pengarang, dll) dan biaya yang ditangguhkan tidak diikutsertakan, karena sering tidak komparabel. Hal ini disebabkan masing-masing perusahaan mempunyai ciri-ciri khas mengenai aktiva tersebut.
Dalam membandingkan laporan keuangan dapat digunakan 2 jenis sumber data ;
• Mempergunakan laporan keuangan dari satu perusahaan untuk beberapa tahun
• Membandingkan laporang keuangan dari beberapa perusahaan untuk tahun yang sama.misalnya tahun 2010 saja.

Langkah-langkah dalam menganalisis neraca :
1. Analisis terhadap perubahan jumlah totalnya (misalnya perubahan jumlah aktiva)
2. Analisis terhadap peruabhan subtotalnya (misalnya perubahan aktiva lancar, hutang lancar, aktiva tetap dan peruabahn subtotal lainnya)
3. Analisis terhadap peruabahan-perubahan yang terjadi di dalam masing-masing pos.
Laporan laba rugi yang diperbandingkan menunjukkan penghasilan, biaya, laba, atau rugi bersih dari hasil operasiperusahaan dalam dua periode atau lebih.
keuntungan utama diketahuinya kenaikkan atau penurunan adalah bahwa perubahan yang besar akan terlihat denganjelas, dan dapat segera diadakan penyelidikan atau analisis lebih lanjut dan menunjukkan sampai seberapa jauh perkembangan keadaan keuangan perusahaan dari hasil-hasil yang telah dicapai.

Dengan membandingkan atau menghubungakan antara perubahan yang satu dengan perubahan lainnya akan dapat ditarik kesimpulan megenai perubahan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Tahun Perbandingan
Apabila Laporan keuangan yang dibandingkan lebih dari dua periode atau tahun  maka digunakan tahun pembanding/dasar dengan cara  :
–  Tahun awal digunakan sebagai tahun pembanding
–  Perbandingan dilakukan dengan data dari tahun sebelumnya
–  Dasar pembandingnya adalah rata-rata dari jumlah kumulatif seluruh periode yang
bersangkutan

Trend Dalam Prosentase
–  Teknik analisa ini hanya praktis apabila digunakan jangka waktu lebih dari tiga tahun.
–  Dalam menganalisa  mengunakan indeks yang dinyatakan dalam prosentase.

Common Size Statement
Merupakan laporan keuangan yang dinyatakan dengan prosentase, karena tiap komponen atau posdinyatakan dalam persentase.
Metode dengan merubah jumlah rupiah menjadi prosentase dilakukan sebagai berikut :
•   Nyatakan total aset, total passiva serta total penjualan netto masing-masing
dengan 100%
•   Hitunglah ratio dari tiap tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan
cara membagi rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, pos
pasiva dengan total pasivanya dan pos rugi laba dengan total penjualan; dikalikan
100%

Evaluasi Common Size Statement
a.   Laporan prosentase per komponen menunjukkan prosentase dari total Aktiva yang
telah ditanamkan dalam masing-masing jenis Aktiva.
Dengan membandingkan rata-rata industri sebagai keseluruhan dari perusahaan
sejenis, maka dapat diketahui apakah perusahaan tersebut Over invesment atau
Under Invesment, sehingga dapat dilakukan kebijakan perusahan yang lebih
favorabel.
b.   Menunjukkan pula distribusi dari Hutang dan Modal, sumber-sumber dana yang
diinvestasikan dalam aktiva tersebut sehinga dapat diketahui kemampuan
perusahaan untuk memperoleh kredit dari pihak luar.
c.   Prosentase per komponen yang terdapat dalam Neraca merupakan prosentase per
komponen terhadap total Aktiva, sehingga perbandingan horisontal hanya akan
menunjukkan trend of ralationship tidak menunjukkan perubahan absolut.
d.   Prosentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan Laba Rugi,
menunjukkan jumlah atau prosentase dari penjualan netto yang diserap tiap-tiap
individu biaya dan prosentase yang masih tersedia untuk income. Oleh karenanya
Comman Size Statement banyak digunakan dalam hubungannya dengan Income
Statement sedangkan untuk Neraca tidak banyak digunakan.

Dalam upaya perbandingan ini kita harus memiliki standard sebagai ukuran lain yang dijadikan untuk membandingkan laporan yang kita miliki. Tanpa standar pembanding itu kita tidak akan dapat menilai keadaan atau posisi perusahaan yang dinilai. Dalam melakukan perbandingan ini perlu diyakinkan bahwa:
1. Standar penyusunan laporan keuangan harus sama.
2. Size dari perusahaan yang dibandingkan harus diperhatikan bukan berarti harus sama.
3. Periode laporan yang dibandingkan harus sama khususnya untuk laporan laba rugi dan komponennya. Tidak diperkenankan laporan Laba/Rugi satu tahun dibandingkan dengan laporan Laba Rugi satu semester.

 

F. Contoh Kasus dan Analisa Perbandingan Laporan Keuangan

Berikut merupakan analisis perbandingan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. dan anak perusahaan dengan menggunakan metode analisis horizontal yaitu dengan membandingkan laporan keuangan pada periode tahun sebelumnya:

PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.

Neraca Komparatif

Per 31 Desember 2009

Dengan angka perbandingan untuk tahun 2008

(dalam jutaan rupiah kecuali dinyatakan lain)

Neraca 31-Des Perubahan
2008 2009 Rupiah %
ASET
Aset lancar
Kas dan setara kas 499.362 527.681 28.319 5.67
Piutang usaha
 -Pihak ketiga-bersih 116.591 447.362 330.771 283.70
 -Pihak hubungan istimewa 16.347 48.658 32.311 197.66
Piutang lainya
 -Pihak ketiga 405.328 25.325 (380.003) (93.75)
 -Pihak hubungan istimewa 167.096 198.758 31.662 18.95
Persediaan – bersih 7.657.848 9.539.067 1.881.219 24.56
Pajak dibayar dimuka 470.490 472.741 2.251 0.48
Uang muka pembelian tembakau 1.547.275 1.295.793 (251.482) (16.25)
Beban dibayar dimuka dan
        aset lainya 156.950 133.259 (23.691) (15.09)
Jumlah aset lancar 11.037.287 12.688.643 1.651.356 14.96
Aset tidak lancar
Aset pajak tangguhan 74.435 63.226 (11.209) (15.05)
Penyertaan saham 22.373 20.587 (1.786) (7.98)
Aset tetap – setelah dikurangi

Akumulasi penyusutan sebesar

Rp. 2.099.422 pada tahun 2009  ( 2008 : Rp.1.725.765 )

4.329.506 4.310.194 (19.312) (0.44)
Tanah untuk pengembangan 175.689 175.772 83 0.04
Godwill-bersih 313.014 275.167 (37.847) (12.09)
Aset lainya – bersih 181.515 182.858 1.343 0.73
Jumlah aset tidak lancar 5.096.532 5.027.804 (68.728) (1.34)
JUMLAH ASET 16.133.819 17.716.447 1.582.628 9.80

Analisis >>  Pada neraca komparatif di atas PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. untuk aktiva lancar mengalami kenaikan sebesar 14,96 %. Kenaikan tersebut dipengaruhi karena banyaknya kenaikan pada akun-akun aktiva lancar, kenaikan terbesar pada piutang usaha pihak ketiga-bersih sebesar 283,70 %. Pada aktiva tidak lancar terjadi penurunan sebesar 1,34 %. Penurunan tersebut dipengaruhi banyaknya penurunan pada aktiva tidak lancar dan penurunan terbesar pada aset pajak tangguhan sebesar 15,05 %.

 

 

PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.

Neraca Komparatif

Per 31 Desember 2009

Dengan angka perbandingan untuk tahun 2008

(dalam jutaan rupiah,kecuali dinyatakan lain)
Neraca 31-Des Perubahan
2008 2009 Rupiah %
KEWAJIBAN
Kewajiban jangka pendek
Pinjaman jangka pendek
 – Pihak ketiga 986.773 653.154 (333.619) (33.81)
 – Pihak hubungan istimewa 94.002 94.002 100
Hutan usaha
 – Pihak ketiga 149.366 220.388 71.022 47.55
 – Pihak hubungan istimewa 325.294 267.752 (57.542) (17.69)
Hutan lainya
 – Pihak ketiga 171.045 76.890 (94.155) (55.05)
 – Pihak hubungan istimewa 99.316 187.755 88.439 89.05
Hutang pajak 954.540 864.402 (90.138) (9.44)
Hutang cukai 2.501.174 2.827.137 325.963 13.03
Beban yang masih harus dibayar dan
       kewajiban estimasian 906.111 839.252 (66.859) (7.38)
Hutan dividen 482.130 657.450 175.320 36.36
Pinjaman jangka panjang yang jatuh
       tempo dalam waktu satu tahun
 – Hutan obligasi 999.625 (999.625) (100)
 – Hutang sewa pembiayaan 66.833 58.838 (7.995) (11.96)
Jumlah kewajiban jangka pendek 7.642.207 6.747.030 (895.177) (11.71)
Kewajiban jangka panjang
Kewajiban pajak tangguhan 27.506 19.161 (8.345) (30.34)
Pinjaman jangka panjang
 – Hutang sewa pembiayaan 112.699 76.340 (36.359) (32.26)
Pendapatan tangguhan 57.211 44.593 (12.618) (22.05)
Kewajiban imbalan pasca – kerja 243.941 363.398 119.457 48.97
Jumlah Kewajiban jangka panjang 441.377 503.492 62.115 14.07
HAK MINORITAS 2.339 4.309 1.970 84.22
EKUITAS
Modal saham
      Modal dasar – 6.300.000.000
       nilai nominal Rp. 100
        ( Rupiah penuh ) per saham
Modal ditempatkan dan disetorkan
        penuh – 4.383.000.000
        saham biasa 438.300 438.300
Tanbahan modal disetor 42.077 42.077
Selisih kurs karena penjabaran
      laporan keuangan 658.094 614.275 (43.819) (6.66)
Selisih transaksi perubahan ekuitas
      anak perusahaan (29.721) (29.721) (-)
Saldo laba
 – dicadangkan 90.000 90.000
 – belum dicadangkan 6.849.146 9.306.658 2.457.512 35.88
Jumlah ekuitas 8.047.896 10.461.616 2.413.720 29.99
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
      EKUITAS 16.133.819 17.716.447 1.582.628 9.81
 

Analisis >> Pada neraca komparatif di atas PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. untuk aktiva lancar mengalami kenaikan sebesar 14,96 %. Kenaikan tersebut dipengaruhi karena banyaknya kenaikan pada akun-akun aktiva lancar, kenaikan terbesar pada piutang usaha pihak ketiga-bersih sebesar 283,70 %. Pada aktiva tidak lancar terjadi penurunan sebesar 1,34 %. Penurunan tersebut dipengaruhi banyaknya penurunan pada aktiva tidak lancar dan penurunan terbesar pada aset pajak tangguhan sebesar 15,05 %.

 

PT HANJAYA MANDALA SAMPOERNA Tbk.

Laporan laba rugi Komparatif

Per 31 Desember 2009

Dengan angka perbandingan untuk tahun 2008

(dalam jutaan rupiah, kecuali laba bersih per saham)

Neraca 31-Des Perubahan
2008 2009 Rupiah %
Penjualan bersih 34.680.445 38.972.186 4.291.741 12.37
Beban pokok penjualan 24.695.196 27.737.465 3.042.269 12.32
Laba kotor 9.985.249 11.234.721 1.249.472 12.51
Beban usaha
Penjualan 2.955.457 3.148.441 192.984 6.53
Umum dan administrasi 804.559 788.513 (16.046) (1.99)
Jumlah beban usaha 3.760.016 3.936.954 176.938 4.70
Laba operasi 6.225.233 7.297.767 1.072.534 (17.23)
(Beban)/ penghasilan lainya
Laba penjualan aset tetap 18.844 54.731 35.887 190.44
Penghasilan bunga 37.423 50.327 12.904 34.48
Beban pembiayaan (166.846) (166.606) 240 (0.14)
Amortisasi goodwill (37.847) (37.847) 100
Beban penurunan nilai aset (69.403) (4.487) 64.916 (93.53)
Beban kurtailmen dari
      program pensiun (145.391) (145.391) 100
Lain – lain bersih (64.533) 19.335 83.868 (129.96)
Beban lainya – bersih (427.753) (84.547) 343.206 (80.23)
Bagian laba/(rugi) bersih
       perusahaan asosiasi (191) 246 437 (228.79)
Laba sebelum pajak penghasilan 5.797.289 7.213.466 1.416.177 24.43
Beban pajak penghasilan
 – Kini 1.925.005 2.121.292 196.287 10.20
 – Tangguhan (24.836) 2.864 27.700 (111.53)
Beban pajak penghasilan – bersih 1.900.169 2.124.156 223.987 11.79
Laba konsilidasi sebelum
       hak minoritas 3.897.120 5.089.310 1.192.190 30.59
Hak minoritas 1.840 1.971 131 7.12
Laba bersih 3.895.280 5.087.339 1.192.059 30.60
Laba per saham dasar
       (rupiah penuh) dihitung
        berdasarkan jumlah rata-rata
         tertimbang saham yang beredar
         sebesar 4.383.000.000 saham 899 1.161 262 29.14

Analisis >> Pada laporan laba rugi komparatif di atas  PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. mengalami laba, dengan laba bersih sebesar 30,60 %, laba tersebut dipengaruhi banyak akun diantaranya adanya kenaikan pada penjualan bersih sebesar 12,37 %, beban pokok penjualan juga naik sebesar 12,32 %. Untuk laba per saham dasar PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. naik sebesar 29,14 %.

SUMBER :

http://fadhilanalisis.blogspot.co.id/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html

https://id.linkedin.com/pulse/analisis-perbandingan-dalam-laporan-keuangan-ari-stya-putra

http://ibnusyuhada89.blogspot.co.id/2012/04/analisa-laporan-keuangan-pt-sampoerna.html

http://ratnamuslimah.blogspot.co.id/2015/04/analisis-perbandingan-laporan-keuangan.html

http://tiarahahikuza.blogspot.co.id/2011/04/analisis-perbandingan.html?m=1

https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:kt77pS96IYYJ:https://simponi.mdp.ac.id/materi201020112/AK208/091053/AK208-091053-787-3.ppt+Secara+umum+dari+hasil+analisis+perbandingan+ini+akan+terlihat+al&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

Latihan 2 Soft Skill : Analisis Rasio Keuangan

Nama                        : Elin Zanuar Saepudin

NPM                          : 43214496

Kelas                         : 3DA02

Mata kuliah            : Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pengampu  : Wigiyanti

 

  1. Pengertian Analisis Rasio

Mengadakan interpretasi atau analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Pimpinan perusahaan atau manajemen sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang dipimpinnya. Dengan mengadakan analisa laporan keuangan dari perusahaannya, manajer akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansial dari perusahaannya, dan akan dapat diketahui hasil-hasil finansial yang telah dicapai di waktu yang lalu dan waktu yang sedang berjalan.

Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa finansial memerlukan adanya ukuran atau “yard stick ” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa keuangan adalah “rasio keuangan”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan. Macamnya rasio keuangan banyak sekali, karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa.

Sebagaimana   disebutkan   di   awal,   ukuran   yang   digunakan   dalam   analisa   laporan keuangan disebut dengan “rasio keuangan”. Menurut Riyanto (2015, 330), analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi:

(1) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, current assets to total assets ratio, current liabilities to total assets ratio, dan lain sebagainya.

(2) Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio, dan lain sebagainya.

(3) Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratios), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari income statement, misalnya assets turnover, inventory turnover, receivables turnover, dan lain sebagainya.

Ada pula penulis yang menggunakan istilah “financial ratios ” untuk rasio-rasio neraca, “operating ratios” untuk rasio-rasio laporan laba rugi dan “financial operating ratios ” untuk rasio-rasio antar laporan.

  1. Tujuan & Manfaat Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan terutama bertujuan untuk mendapat gambaran tentang baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut manajemen akan memperoleh suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Informasi tersebut dapat membantu manajer dalam memahami apa yang perlu dilakukan perusahan selain itu manajer dapat membuat keputusan-keputusan penting di masa yang akan datang.

Analisis rasio keuangan tidak hanya penting bagi pihak manajemen tetapi penting juga bagi pihak ekstern perusahaan. Bagi pihak ekstern, analisis rasio keuangan penting untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan. Dengan mengetahui perkembangan keuangan perusahaan tersebut mereka dapat memutuskan apakah akan tetap menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut atau tidak.

Manfaat dari analisis rasio keuangan adalah dapat mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan angka rasio keuangan dengan standar yang ditetapkan maka akan diperoleh manfaat lain yaitu dapat diketahui apakah dalam aspek keuangan tertentu perusahaan berada di atas standar atau di bawah standar. Apabila perusahaan berada di bawah standar, maka manajemen akan mencari faktor-faktor yang menyebabkannya untuk kemudian diambil kebijakan keuangan untuk dapat menaikkan rasio perusahaannya kembali.

  1. Teknik Perbandingan

Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa keuangan memerlukan adanya ukuran atau “yard stick ” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa keuangan adalah “rasio”. Pengertian rasio ini sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan. Macamnya rasio keuangan banyak sekali, karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa.

Penganalisa keuangan dalam mengadakan analisa rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara perbandingan, yaitu (Riyanto, 2015: 329):

  1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio ) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Misalnya  current ratio tahun 1996 dibandingkan       dengan current ratio dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara perbandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya, karena kita dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan tersebut.
  2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/standard ratio) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri (above average), berada pada rata-rata (average) atau terletak di   bawah rata-rata (below average).

Apabila suatu perusahaan mengetahui bahwa dia berada di bawah rata-rata industri, haruslah   dianalisa  faktor-faktor   apa   yang   menyebabkannya,   untuk   kemudian   diambil kebijaksanaan keuangan untuk meningkatkan rasionya sehingga menjadi “average” atau “above average” di dalam industri.

Penganalisa keuangan sedapat mungkin   menghindari penggunaan   “the rule of the thumb”, pedoman kasar dalam mengadakan analisa keuangan suatu perusahaan. Penganalisa keuangan harus menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dalam hubungannya dengan perusahaan-perusahaan lain yang bekerja dalam bidang usaha yang sama dengan perusahaan yang dianalisa. Dengan demikian, tidak tepat apabila seorang penganalisa mengatakan bahwa untuk semua perusahaan, current ratio kurang dari 200% adalah kurang baik, yang hanya mendasarkan pada pedoman sangat kasar atau “the rule of the thumb”. Banyak perusahaan-perusahaan yang sehat mempunyai   current ratio kurang dari 200%. Hanya dengan membandingkan financial ratio suatu perusahaan dengan financial   ratio dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri atau dengan mengadakan analisa rasio historis dari perusahaan yang bersangkutan selama beberapa periode, penganalisa dapat membuat penilaian atau pendapat yang lebih realistis.

  1. Rasio Keuangan

Menurut Kasmir (2013: 93), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

Contohnya, perbandingan angka-angka yang ada dalam satu laporan adalah komponen angka-angka dalam neraca. Misalnya, antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar atau antara total aktiva dengan total utang. Kemudian dalam satu periode yang sama berarti dalam satu tahun. Namun jika membandingkan untuk beberapa periode, maka lebih dari 1 tahun, misalnya 3 tahun (dengan anggapan 1 periode 1 tahun).

Selanjutnya, contoh perbandingan antar komponen yang ada di laporan keuangan adalah antara komponen   yang ada dalam   neraca dengan dalam   laporan   laba rugi. Misalnya, komponen dalam laba rugi yaitu penjualan dengan komponen dalam neraca misalnya total aktiva, atau antara laba bersih dengan penjualan.

Hasil dari rasio keuangan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan atau sebaliknya. Di samping itu, juga untuk menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan (aset) secara efektif dan efisien.

Jenis-jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen beragam.   Penggunaan masing-masing   rasio   tergantung   kebutuhan   perusahaan,   artinya terkadang tidak semua rasio digunakan. Hanya saja jika hendak melihat kondisi dan posisi perusahaan secara lengkap, maka sebaiknya seluruh rasio digunakan.

Dalam praktiknya terdapat beberapa macam jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Masing-masing jenis rasio yang digunakan akan memberikan   arti   tertentu tentang   posisi   yang   diinginkan.   Berikut   ini   jenis-jenis   rasio keuangan, yaitu:

A. Rasio Likuiditas

Fred Weston yang dikutip oleh Kasmir (2013: 110-111), menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, maka akan mampu untuk memenuhi (membayar) hutang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari:

(1) Rasio lancar

Rasio     lancar   atau     current     ratio,   merupakan       rasio   untuk     mengukur   kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau ut ang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.
Current ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar x 100%

(2) Rasio cepat

Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang

lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya, nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Quick ratio memfokuskan komponen-komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, dan piutang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek.
Rumus rasio cepat :
Quick Ratio = Aktiva  Lancar −Persediaan / Hutang  Lancar

Ketika dijumpai adanya perbedaan antara quick ratio dengan current ratio yang sangat besar, current ratio meloncak tinggi sedangkan quick ratio menurun, itu artinya telah terjadi investasi yang tinggi pada persediaan.

(3) Rasio kas.

Rasio kas atau cash ratio, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang   kas   yang   tersedia   untuk   membayar   utang.   Ketersediaan   uang   kas   dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan yang ada di bank (yang dapat ditarik setiap saat menggunakan kartu ATM). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Cash Ratio =  Kas + Setara kas / Hutang Lancar

(4) Rasio perputaran kas.

Rasio perputaran kas (cash turnover), menurut James O. Gill yang dikutip oleh Kasmir, digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

(5) Inventory to Net Working Capital .

Inventory to net working capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.

B. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas (activity ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

efektivitas   perusahaan   dalam   menggunakan   aktiva   yang   dimilikinya.   Atau   dapat   pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Jenis-jenis rasio aktivitas yang dirangkum dari beberapa ahli keuangan, yaitu:

(1) Perputaran piutang (Receivable Turnover)

Perputaran piutang (Receivable Turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Makin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang makin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan makin baik. Sebaliknya jika rasio makin rendah, maka ada over investment dalam piutang. Yang jelas bahwa rasio perputaran   piutang   memberikan   pemahaman   tentang   kualitas   piutang   dan   kesuksesan penagihan piutang.
Perputaran Piutang = Penjualan Bersih / Rata-rata Piutang Dagang
(2) Hari rata-rata penagihan piutang (Days of Receivable)

Hari rata-rata penagihan piutang (Days of Receivable). Bagi perbankan yang akan memberikan   kredit,   perlu   juga   menghitung   hari   rata-rata   penagihan   piutang   (days   of receivable). Hasil perhitungan ini menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut days sales uncollected.

Rumus : (Inventory rata-rata x 360) / Harga pokok penjualan

(3) Perputaran persediaan (Inventory Turnover)

Perputaran persediaan (Inventory Turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Dapat diartikan pula bahwa perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Makin kecil rasio ini, maka makin jelek. Demikian pula sebaliknya.

Rumus : Harga pokok penjualan / Inventory rata-rata

(4) Perputaran modal kerja ( Working Capital Turnover)

Perputaran modal kerja atau Working Capital Turnover, merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu . Artinya, seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode. Untuk mengukur rasio ini kita membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata.

Rumus : Penjualan neto / (Aktiva lancar – Utang lancar)

(5) Perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turnover)

Perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode.

Perputaran Aktiva Tetap = Penjualan / Aktiva Tetap

(6) Perputaran aktiva (Assets Turnover)

Perputaran aktiva (Assets Turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

C. Rasio Solvabilitas (Leverage)

Rasio solvabilitas atau leverage ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa     rasio   solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar   seluruh   kewajibannya   baik   jangka   pendek   maupun   jangka   panjang   apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Adapun jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain:

(1) Debt to Assets Ratio (Debt Ratio)

Debt to Assets Ratio atau Debt Ratio, merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar aktiva perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dengan total aktiva.

DAR : Total Hutang / Total Aktiva

(2) Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

DER : Total Hutang / Modal Sendiri

(3) Long Term Debt to Equity Ratio

Long Term Debt to Equity Ratio, merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Rumus : Utang jangka panjang / Modal sendiri

(4) Times Interest Earned

Times Interest Earned, merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio.

(5) Fixed Charge Coverage

Fixed Charge Coverage atau lingkup biaya tetap merupakan rasio yang menyerupai rasio Times Interest Earned. Hanya saja bedanya dalam rasio ini dilakukan, apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Biaya tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang.

D. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas   merupakan rasio untuk   menilai kemampuan perusahaan dalammencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.

Jenis-jenis rasio profitabilitas sebagai berikut:

(1) Rasio Margin Laba (Profit Margin on Sales)

Profit Margin on Sales   atau rasio   margin   laba atau margin   laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membanding antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin .
Profit Margin =  Laba Bersih / Penjualan  x 100%
(2) Return on Investment (ROI)

Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets, merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

ROI = EAT / Total aktiva

(3) Return on Equity (ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau Return on Equity atau rentabilitas modal sendiri, merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini, makin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya.

ROE = EAT / Modal Sendiri

(4) Laba Per Lembar Saham

Rasio laba per lembar saham (earning per share) atau disebut juga rasio nilai buku, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian yang tinggi.

E. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan (growth ratio), merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba bersih, pertumbuhan pendapatan per saham, dan pertumbuhan dividen per saham.

F. Rasio Penilaian

Rasio penilaian (valuation ratio), yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi, seperti rasio harga saham terhadap pendapatan, dan rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku.

Sumber :

Kasmir, 2008,  Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Jakarta.

http://ardiprawiro.staff.gunadarma.ac.id/

http://www.jtanzilco.com/blog/detail/100/slug/pentingnya-rasio-keuangan-dalam-bisnis

 

 

 

Latihan 1 (Analisis Laporan Keuangan)

Nama             : Elin Zanuar Saepudin

NPM               : 43214496

Kelas              : 3DA02

Mata kuliah : Analisis Laporan Keuangan

 

Tujuan Analisis Laporan Keuangan dan Rasio dalam Analisis Laporan Keuangan

A. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Pada dasarnya tujuan utama analisis laporan keuangan adalah sebagai barometer untuk posisi keuangan yang meninjau kondisi perusahaan saat ini, permasalahan dalam manajemen, operasional maupun keuangan serta merupakan alat ukur untuk melakukan efisiensi di semua departemen di dalam perusahaan.
Hanafi dan Halim (2007:6) Menyatakan sembilan pandangannya atas tujuan dari analisis laporan keuangan, diantaranya :

1.   Investasi Saham
Analisis laporan keuangan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah saham perusahaan tersebut layak dibeli atau tidak. Karena investor ingin memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dan konsisten dari suatu perusahaan.

2.    Pemberian Kredit
Analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi guna menilai kemampuan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga dan bentuk kredit apa saja yang dapat diberikan kepada perusahaan.

3.    Kesehatan Pemasok (supplier)
Sebelum melakukan kerjasama dengan supplier, perusahaan supplier juga menganalisis kondisi keuangan, profitabilitas, kemampuan perusahaan menghasilkan kas dan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.

4.    Kesehatan Pelanggan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui informasi mengenai kemampuan pelanggan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

5.    Kesehatan pelanggan ditinjau dari karyawan.
Analisis ini dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan, atau perusahaan yang akan dimasuki tersebut mempunyai prospek keuangan yang baik.

6.    Kesehatan pemerintah
Analisis laporan keuangan akan digunakan oleh pemerintah dalam menentukan besarnya pajak yang dibayarkan perusahaan atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu perusahaan dengan menambahkan persentase tertentu diatas biaya modalnya.

7.    Analisis Internal
Analisis ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan perkembangan perusahaan, agar pihak internal perusahaan (seperti pihak manajemen) dapat menggunakannya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, untuk perencanaan, pengkoordinasian, pengontrolan serta untuk mengevaluasi perubahan strategi.

8.    Analisis Pesaing
Analisis laporan keuangan juga dapat menggambarkan kondisi keuangan pesaing yang dapat dianalisis oleh perusahaan untuk menentukan kekuatan keuangan pesaing. Informasi ini dapat dijadikan sebagai penentuan strategi perusahaan.

9.    Penilaian Kerusakan
Analisis ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya kerusakan yang dialami oleh perusahaan.

Harahap Menyatakan beberapa tujuan analisis laporan keuangan diantaranya :

1. Memberikan keluasan/kelengkapan informasi yang lebih dibandingkan laporan keuangan biasa.

2. Membantu mengetahui informasi yang tampak secara kasat mata (eksplisit) dan yang tidak nampak (implicit) pada laporan keuangan.

3. Membantu dalam mengetahui kesalahan pada laporan keuangan.

4. Dapat menyesuaikan hal-hal yang tidak bersifat konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik pada komponen intern maupun komponen ekstern perusahaan.

5. Mengetahui sifat hubungan yang bisa memunculkan model dan teori-teori yang terdapat ditemukan di lapangan seperti untuk memprediksi dan peningkatan (rating).

6. Menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu untuk mendongkrak popularitas dan prestasi perusahaan di dunia bisnis.

7. Dapat memebandingkan kondisi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri ideal (normal).

8. Memberi pemahaman kondisi keuangan seperti posisi keuangan, hasil usaha dan struktur keuangan dan sebagainya.

9. Dapat memprediksi potensi perusahaan di masa yang akan datang.

 

B. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Jumingan (2011, p. 118) analisis rasio keuangan yaitu :
“Angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, analis tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan”

Dalam bukunya Harahap (2008, p.297) juga menjelaskan bahwa angka yang didapatkan dalam analisis rasio keuangan adalah hasil dari satu laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan tersebut dapat ternilai secara cepat.
Dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu perhitungan yang dilakukan untuk membantu dan menginformasikan suatu laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk matematis yang sederhana. Dalam artian, informasi berupa persentase dan tingkatan angka yang sederhana tersebut menggambarkan hubungan satu akun dengan akun lainnya yang terdapat dalam suatu laporan keuangan pada periode tertentu.

 

C. Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Tujuan dari analisis rasio keuangan dari pihak manajemen keuangan adalah mengevaluasi kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. Perusahaan dikatakan mempunyai kinerja yang baik atau tidak dapat diukur dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban (utang) yang akan jatuh tempo (liquidity), kemampuan perusahaan untuk menyusun struktur pendanaan, yaitu perbandingan antara utang dan modal (leverage), kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profitability), kemampuan perusahaan untuk berkembang (growth), dan kemampuan perusahaan untuk mengelola asset secara maksimal (activity) (Arief Sugiono, 2009:65).

Bagi perusahaan dengan adanya analisis rasio keuangan maka akan diperoleh suatu informasi mengenai kondisi atau keadaan keuangan sehingga dapat membuat keputusan – keputusan yang diperlukan bagi kepentingan kegunaan rasio keuangan sebagai bahan pertimbangan apakah perusahaan tersebut akan menguntungkan apabila sahamnya dibeli.

 

D. Penggunaan Analisis Rasio Keuangan

Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan posisi keungannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan , terutama bagi pihak kreditur, investor dan pihak-pihak manajemen dari perusahaan itu sendiri.

Dengan menggunakan analisis rasio akan  membantu stakeholder dalam hal :

·  Memberikan dasar dalam meramalkan prospek perusahaan dimasa yang akan datang.

·  Memberikan petunjuk atau gejala-gejala yang timbul dari informasi yang disajikan.

·  Memudahkan dalam menginteprestasikan laporan keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu bentuk rumusan matematis yang menunjukan hubungan diantara angka-angka tertenntu. Dalam analisis keuangan angka-angka berasala dari data-data keuangan, analisis rasio mampu menjelaskan hubungan antara variable-variabel yang bersangkutan sehingga dapat digunakan untuk menilai kondisi keuangan

Analisis rasio pada dasarnya terdiri dari dua macam perbandingan, yaitu :

1. Dengan cara membandingkan rasio-rasio keuangan dari satu perusahaan tertentu dengan rasio keuangan yang sama dari perusahaan lain yang sejenis/industri (rasio industri) dalam waktu yang sama.

2. Dengan cara membandingkan rasio-rasio waktu-waktu tertentu dengan rasio dari waktu-waktu sebelumnya dari perusahaan yang sama, cara ini akan membrikan informasi rasio dari waktu kewaktu sehingga dapat diketahui perkembangannya dan untuk proyeksi dimasa yang akan datang.
 

E. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Harahap (2013, p.298) mengungkapkan bahwwa selain memiliki beberapa keunggulan, analisis rasio keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

  1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya,
  2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti ini seperti,
  3. Bahan pelindung rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjective,
  4. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar,
  5. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio,
  6. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda,
  7. Jika tidak menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio,
  8. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron,
  9. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

 

F. Macam-macam Rasio dan metode perhitungannya

RASIO METODE PERHITUNGAN INTERPRESTASI
RASIO LIKUIDITAS
Current ratio Aktiva Lancar : Utang Lancar Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
Cash ratio (Kas + Efek) : Utang Lancar Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.
Quick ratio (Kas+Efek+Piutang) : Utang Lancar Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid (quick assets).
Working capital to total assets ratio (Aktiva Lancar-Utang Lancar) : Jumlah Aktiva Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (neto).
RASIO LEVERAGE
Total debt to Equity ratio (Utang Lancar+Utang JK PJ) : Jumlah Modal Sendiri Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang.
Total debt to total capital Assets (Utang Lancar+Utang JK PJ) : Jumlah Modal/Aktiva Beberapa dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan utang.

Atau

Berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.

Long term debt to Equity ratio Utang JK PJ : Modal Sendiri Bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang.
Tangible assets debt coverage (Jml Aktiva-Intangibles-Utang Lancar) : Utang JK PJ Besarnya aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap rupiahnya.
Times interest earned ratio EBIT : Bunga Utang JK PJ Besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang.
RASIO AKTIVITAS
Total assets turnover Penjualan Netto : Jumlah Aktiva Kemampuan dana yang tertanan dalam keseluruhan aktiva berputer dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan “revenue”.
Receivable turnover Penjualan Kredit : Piutang Rata-rata Kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
Average collection periode (Piutang Rata-rata X 360) : Penjualan Kredit Periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang.
Inventory turnover HPP : Inventory Rata-rata Kemampuan dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk adanya “overstock”
Average day’s inventory (Inventory Rata-rata X 360) : HPP Periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang berada di gudang.
Working capital turnover Penjualan Netto : (Aktiva Lancar – Utang Lancar) Kemampuan modal kerja(neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.
RASIO KEUNTUNGAN/PROFITABILITAS
Gross profit margin (Penjualan Netto – HPP) : Penjualan Netto Laba bruto per rupiah penjualan.
Operating income ratio (Penjualan Netto – HPP – Biaya Adm, Penjualan, Umum) : Penjualan Netto Laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan.
Operating ratio (HPP + Biaya adm, Penjualan, Umum) : Penjualan Netto Biaya operasi per rupiah penjualan.
Net profit margin Laba Netto sesudah pajak : Penjualan Netto Keuntungan netto per rupiah penjualan.
Earning power of total investment EBIT : Jumlah Aktiva Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.
Net earning power ratio Laba Netto sesudah pajak : Jumlah Aktiva Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto.
Rate or return for the owners Laba Netto sesudah pajak : Jumlah Modal Sendiri Kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.

 
Sumber :
Sugiono, Arief. “ Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan”, Grasindo, Jakarta, 2009.

http://dewiasmaranii.blogspot.co.id/2014/12/analisis-laporan-keuangan.html

http://uthyns.blogspot.co.id/2016/04/analisis-rasio-laporan-keuangan-dan.html

http://www.akuntansilengkap.com/keuangan/pengertian-dan-9-tujuan-analisis-laporan-keuangan/